Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Setahun Kecelakaan Lion Air JT610 di Perairan Karawang: Apapun Hasilnya Saya Terima...

Kompas.com - 28/10/2019, 06:26 WIB
Rachmawati

Editor

Hal ini, demikian KNKT, diakibatkan oleh situasi-kondisi yang sulit dan kemampuan mengendalikan pesawat, pelaksanaan prosedur non-formal, dan komunikasi antar pilot, berdampak pada ketidak-efektifan koordinasi antar pilot dan pengeloaan beban kerja.

"Kondisi ini telah teridentifikasi pada saat pelatihan dan muncul kembali pada penerbangan ini," demikian kesimpulan penutup KNKT.

Baca juga: Hidung Pesawat Lion Air JT610 Turun 24 Kali dalam 11 Menit Sebelum Hilang Kendali


Tanggapan keluarga korban

Sementara itu sejumlah keluarga korban tidak puas dengan hasil investigasi KNKT yang diungkapkan kepada mereka (23/10).

Epi Samsul Komar, orang tua dari Muhamad Ravi, salah satu korban dari 189 korban kecelakaan juga hadir dan memberikan keterangan kepada BBC News Indonesia.

"(Hasil investigasi) tidak memuaskan, karena KNKT masih menyalahkan pihak-pihak lain, salah satunya adalah pilot," kata Epi.

Sementara itu, Diah Andriani, istri Epi, memiliki sikap yang berbeda. Dirinya menerima hasil investigasi akhir KNKT.

Baca juga: Ini Fitur yang Dirahasiakan Boeing, Berkontribusi pada Kecelakaan Lion Air JT610?

"Apapun hasilnya, saya terima,tapi ketika mengingat sudah hampir setahun kecelakaan, kami menangis berhari-hari, apalagi orang di luar sana bilang karena anak kami korban, lalu kami mendapat sejumlah uang, bukan itu, yang kami inginkan."

Hampir setahun Epi dan Diah menghadapi segala proses demi anak laki-lakinya, Muhamad Ravi, yang pergi ke Jakarta, kala itu untuk menonton pertandingan sepakbola di Gelora Bung Karno.

Keluarga korban menangis ketika melihat temuan barang-barang milik korban dan serpihan bangkai pesawat Lion Air, 4 November 2018. di Tanjung Priok. Muhammad Fauzy/NurPhoto via Getty Images Keluarga korban menangis ketika melihat temuan barang-barang milik korban dan serpihan bangkai pesawat Lion Air, 4 November 2018. di Tanjung Priok.
Pada hari ketiga setelah kecelakaan tahun lalu, Epi tak dapat menahan air matanya, saat mengetahui sepatu yang dipakai anaknya sebelum berangkat ke Jakarta dalam keadaan rusak.

BBC News Indonesiasempat mewawancarai Epi tahun lalu.

"Saya temukan sepatu sudah rusak, itu punya Ravi," kata Epi, di Posko Darurat Tanjung Priok tahun lalu.

Selama satu tahun itu pula, Epi mendapat banyak paparan yang berbeda tetang informasi penyebab kecelakaan.

"Jika sebelumnya bilang laik terbang, lalu diralat tidak laik terbang," kata Epi yang sempat bingung.

Epi, yang juga mengikuti perkembangan kasus kecelakaan pesawat Ethiopian Airlines yang terjadi pada 10 Maret 2019 lalu, mengatakan ia heran produsen pesawat tak disebutkan dalam hasil investigasi akhir KNKT.

Baca juga: Empati pada Korban JT610, Ganjar Kenakan Pita Hitam

 

 

Tanggapan Boeing

Keluarga dan kolega korban pesawat Lion Air JT 610 terlihat menangis di atas KRI Banjarmasin di sela-sela doa bersama di perairan di dekat lokasi jatuhnya pesawat, 6 November 2018. Ulet Ifansasti/Getty Images Keluarga dan kolega korban pesawat Lion Air JT 610 terlihat menangis di atas KRI Banjarmasin di sela-sela doa bersama di perairan di dekat lokasi jatuhnya pesawat, 6 November 2018.
Dalam rilis resminya, Boeing menanggapi rekomendasi yang diberikan oleh KNKT. Tertulis bahwa Boeing akan meningkatkan faktor keselamatan penerbangan terrutama untuk pesawat jenis 737-800 MAX dan perangkat lunak yang tertanam dalam pesawat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com