Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Untuk Mempertahankan Tradisi Lisan Harus Disokong Anggaran Memadai

Kompas.com - 26/10/2019, 19:58 WIB
Susi Ivvaty,
Farid Assifa

Tim Redaksi

Namun, tradisi lisan mungkin bisa berubah jika terjadi peristiwa yang mengubah tatanan besar masyarakat.

Mukhlis mencontohkan, tradisi Bissu di Wajo, Sulsel, yang sempat mati suri karena mendapat tekanan besar dari kalangan organisasi Islam.

"Bissu di Wajo seperti hidup di dalam kepompong. Ia kemudian muncul kembali dengan atribut berbeda. Bissu yang dulu memakai kostum khas dengan busana adat, kini muncul dengan berjilbab. Kontennya sama, nyanyiannya sama, tapi ada yang berubah. Nama Lapattoko menjadi Hajjah Jannah. Ini satu contoh," kata Mukhlis.

Sementara itu, Ketua Umum ATL Pudentia MPSS menekankan pentingnya kode etik dalam kajian tradisi lisan.

Perlindungan tradisi lisan seperti tercantum dalam Konvensi UNESCO 2003 merupakan general interest to humanity.

Deklarasi itu bisa dimanifestikan dalam segala bidang, dan untuk itu kode etik harus dijalankan.

Hal lain adalah soal pemajuan kebudayaan, bahwa kebudayaan adalah investasi. Kerja kebudayaan tidak akan mengambil uang pemerintah belaka.

Untuk masa depan bangsa, kita semua tidak lain harus memajukan kebudayaan. Kita menjadi motor penggerak.

Dari Tambua Gendang hingga Sawakka

Lisan XI mempresentasikan 64 makalah dari 26 perguruan tinggi dan sepuluh pemakalah dari luar negeri, yakni dari Swedia, Belanda, Malaysia, Jepang, Perancis, Singapura, dan Vietnam.

Oleh karena itu, masing-masing pemakalah menyajikan tema yang sangat variatif.

Dari Sumatera Barat, misalnya, muncul tema ekspresi budaya tradisional melalui pertunjukan musik Gandang Tambua Maninjau.

Sementara dari Talaud, Sulawesi Utara, hadir tema tradisi lisan Sawakka bagi kehidupan masyatakat Talud.

Baca juga: Milenial Butuh Keintiman dengan Masyarakat Tradisi

Tema-tema lain di antaranya tetang Ritual Burdah Keliling di Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo yang dipercaya mampu menangkal radikalisasi agama.

Tema yang juga menarik adalah Bebeto, yakni teks lisan milik masyarakat Gura Bunga Kota Tidore Kepulauan, yang digunakan untuk ritual Salai Jin untuk melawan daya gaib negatif yang ditujukan kepada seseorang.

Dari Banyuwangi, ada tema tradisi Keboan Aliyan yang berubah dari ritual menjadi festival.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com