Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Bully Anak SD: "Ibu Mana yang Tega Melihat Anaknya Diperlakukan Seperti Itu..."

Kompas.com - 09/10/2019, 06:40 WIB
Puthut Dwi Putranto Nugroho,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

Ujung-ujungnya RS sering mengeluh kesakitan pada bagian kepala.

Kejanggalan inilah yang membuat pihak keluarga terheran-heran. 

"Awalnya tak mengaku, setelah kami desak RS akhirnya mengaku telah dibully teman-temannya. Sejak saat itu RS sering tak masuk sekolah, apalagi harus periksa kesana kemari. Periksa ke dokter syaraf kepala hingga psikiater.  Kata dokter depresi," kata Masrikah.

"Kalau sakit kepala akibat dijambak dengan keras. Saat ini kondisi anak saya lumayan membaik, kami bawa ke kiai dan medis. Meski demikian anaknya masih ketakutan untuk sekolah," ungkap Masrikah sembari menunjukkan bukti surat-surat pemeriksaan medis RS.

Menurut Masrikah, sejak kelas 1 hingga 3 SD, aktivitas RS terhitung normal dan selazimnya.

Namun sejak kelas 4 SD, usai mengalami bullying, orangtuanya tak lagi melihat watak asli putra kelimanya itu.

"Jadi bullying itu terus terjadi di luar sepengetahuan. Orangtua mana yang tega melihat anaknya diperlakukan seperti itu, meski kami ini orang tak punya. Kami hanya berharap RS kembali seperti dulu," kata Masrikah.

Baca juga: Polres Sumedang Ajak Pelajar Jauhi Bullying dan Tidak Terpancing Kabar Hoaks

 

Hanya berselisih dengan teman

Sementara itu Kepala SDN 2 Wirosari, Ngadiman, membenarkan jika awal mula penyebab ketidakaktifan RS di sekolah lantaran muncul perselisihan dengan teman-teman sebangkunya.

Ngadiman membantah dan kurang berkenan jika apa yang dialami oleh RS merupakan bullying. "Mohon maaf tidak ada istilah bullying. Ini kejadian gaduh biasa antar siswa. Orangtua tidak tahu persis kejadiannya, hanya menerima laporan anaknya," kata Ngadiman.

Terlepas dari itu, Ngadiman mengamini jika semula kegaduhan antar pelajar sebangku itu gegara rusaknya jam dinding kelas akibat ulah RS.

Ngadiman pun berujar jika kerusakan jam dinding kelas tidak pernah dibebankan kepada orangtua RS untuk menggantinya.

"Iya awal mula dari rusaknya jam dinding, namun sudah kami ganti kok dan tidak dibebankan ke orangtua," ujar Ngadiman.

Pihak SDN 2 Wirosari juga membantah jika telah mengabaikan permasalahan RS. Mereka pun mempersilahkan orangtua RS untuk datang ke sekolah mencari solusi terbaik. 

"Silahkan dirembug ke sekolah. Kami siap mencarikan solusi. Jangan sampai ada masalah tanpa ketuntasan. Jadi kami terbuka dan tak pernah mengusir," pungkasnya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com