Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berkat Petani Milenial, Ekspor Hasil Pertanian Jateng Capai Rp 2,51 Triliun

Kompas.com - 30/09/2019, 12:08 WIB
Riska Farasonalia,
Abba Gabrillin

Tim Redaksi

SEMARANG, KOMPAS.com - Total ekspor produk pertanian Jawa Tengah per September 2019 mencapai Rp 2,51 triliun.

Tingginya nilai ekspor tersebut dinilai karena keterlibatan para petani-petani muda yang tidak lagi berorientasi swasembada pangan, tapi mengekspor.

Hal tersebut dikemukakan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman saat melepas ekspor beberapa hasil pertanian di Balai Karantina Kelas I Semarang, Minggu (29/9/2019).

Hasil pertanian Jawa Tengah yang masuk pasar dunia sangat beragam, mulai dari kedelai, edamame, kapulaga, kacang-kacangan, beras hitam sampai daun kelor dan daun pakis.

Bahkan yang terbaru juga mengekspor kacang hijau, kapulaga, daun pakis dan sarang walet.

"Sampai hari ini, Jawa Tengah telah mencapai Rp 2,51 triliun. Capaian luar biasa ini karena didukung oleh petani dan eksportir muda," ujar Amran.

Baca juga: Kapolda Jateng Imbau Siswa Jangan Ikut Demo, Cukup Mahasiswa Saja

Menurut Amran, para petani milenial di Jawa Tengah saat ini tidak lagi memikirkan swasembada pangan.

Namun, para petani muda sudah berorientasi ekspor.

Terlebih lagi, saat ini sudah ada layanan e-sertifikat yang sangat mempermudah proses ekspor.

"Ada e-sertifikat diterapkan di empat negara. Kami minta seluruh dunia. Karena kita bisa mengekspor dan di sana sudah mendapat persetujuan sebelum berangkat. Sementara dulu, jangankan sudah berangkat, barang ekspor sudah sampai negara tujuan saja bisa ditolak," kata Amran.

Menurut Amran, di antara sekian banyak produk pertanian, yang paling menjanjikan hasil pertanian Jateng adalah kopi.

Sebab, setidaknya kopi memiliki 9 negara tujuan, yakni Mesir, Italia, Georgia, Jepang, Iran, Uni Emirat Arab, Spanyol, Korea Selatan, dan Taiwan.

Selain itu, ada pula beras hitam yang diekspor ke Australia. Nilai ekspor sarang walet sendiri bahkan mencapai Rp 4,2 miliar.

Ada juga daun cincau yang dikirim ke Malaysia. Gula merah ke Srilanka sebanyak 3,4 ton. Kemudian, margarin ke Bangladesh sebanyak 1,2 ton.

"Sistem yang ada di Jawa Tengah ini mesti diduplikasi daerah lain, agar meningkatkan ekspor," kata Amran.

Dari Januari - Agustus 2019, total ekspor Jateng sebesar 5,82 juta dollar AS dan di antaranya sebesar 4.823,5 juta dollar AS merupakan ekspor nonmigas.

Menurut Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo hal tersebut bisa tercapai karena jalinan antara pemerintah dari pusat sampai kabupaten dengan petani berjalan dengan baik.

"Hulunya bekerja luar biasa dan mendapat fasilitas yang mudah dari kementerian. Nah, pemuda-pemuda itu sekarang berorientasi ekspor yang tidak kita pikirkan. Misalnya daun pakis dan melati," kata Ganjar.

Pola kerja sama itu, menurut Ganjar, merupakan hal yang paling penting.

Pemerintah Pusat menyiapkan konsep, dunia luar atau pasar dunia disiapkan.

Kemudian, pemerintah yang di daerah menyambut konsep tersebut dengan kemudahan yang saat ini banyak diperoleh.

"Tugas kami yang di daerah membina agar bisa mencapai kualitas terbaik. Ekspor mudah pasar ada, dengan cara itu kita tidak hanya membayangkan saja. Pemerintah mesti mendampingi untuk memastikan kualitas," kata Ganjar.

Ganjar berharap dengan tingginya nilai ekspor produk pertanian tersebut mampu mendongkrak neraca dagang Jawa Tengah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com