Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Duka di Tanah Wamena Papua...

Kompas.com - 26/09/2019, 15:55 WIB
Rachmawati

Editor

Hal senada juga diceritakan Agus warga Surabaya. Ia mengaku sudah seharian di bandara dengan harapan bisa keluar dari daerah Wamena.

“Saya ingin pulang kampung. Saya masih trauma. Rumah kontrakan saya hangus dibakar. Tak ada lagi harta benda yang ku miliki,” kata dia.

Saat kerusuhan terjadi pada Senin (23/9/2019), operasional Bandara Wamena sempat dihentikan sementara.

Kepala Bandara Wamena Joko Harjani mengatakan, penghentian operasional bandara dilakukan Senin (23/9/2019) sekitar pukul 10.30 WIT dengan menerbangkan tiga pesawat cargo yang sebelumnya berada di Bandara Wamena.

“Saat ini sudah tidak ada pesawat di bandara,” kata Joko saat itu.

Baca juga: Operasional Bandara Wamena Dihentikan Sampai Batas Waktu yang Belum Ditentukan

 

Satu keluarga tewas terbakar

Saat melakukan pembersihan pasca-kerusuhan di Wamena, aparat gabungan menemukan satu keluarg tewas terbakar.

"Bahkan, ada yang satu keluarga, 5 orang. Kami tahu karena tetangganya yang menunjukan," kata Kabid Humas Polda Papua, Kombes AM Kamal, di Jayapura, Selasa (24/9/2019).

Selain itu, korban tewas saat kerusuhan di Wamena ada yang berasal dari Sumatera barat.

Mereka adalah S (36), istrinya P (30) dan anaknya R (4), JA (23), H (20). Kemudian, I (8), IW (24), N (40) dan YN (28).

"Benar ada 9 orang yang berasal dari Sumbar. Atas nama Pemprov Sumbar kami mengucapkan belasungkawa yang mendalam," kata Wakil Gubernur Sumbar, Nasrul Abit, di Padang, Selasa (24/9/2019).

Baca juga: 32 Korban Tewas Kerusuhan Wamena Rata-rata Terbakar bersama Rumahnya

Pemprov Sumbar dan Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan telah berkoordinasi membantu transportasi dari Bandar Udara Internasional Minangkabau ke rumah duka masing-masing.

Sementara itu Bupati Jayawijaya Jhon Richard Banu telah meminta aparat keamanan untuk melakukan sweeping kepada masyarakat yang membawa senjata tajam di dalam Kota Wamena atau di lokasi pengungsian.

“Langkah sweeping alat tajam ini diambil pemerintah daerah agar tidak menimbulkan ke ke khawatiran masyarakat dan ini sudah kami diintruksikan. Pemda atau saya sendiri juga telah turun untuk menyampaikan kepada masyarakat yang ada dipinggiran jalan, untuk tidak terprovokasi dengan isu hoaks, hingga menimbulkan aksi serang antar masyarakat,” katanya Rabu (25/9/2019).

Baca juga: Masyarakat Dilarang Membawa Senjata Tajam di Kota Wamena

Hal senada juga diungkapkan Kepala Distrik Kurulu Yuda Dafarius Dabi.

Ia menyatakan, atas nama asosiasi 40 Kepala Distrik dan 328 kampung di Jayawijaya, tidak boleh lagi ada yang membawa alat tajam di Jayawijaya.

“Kami di wilayah distrik dan kampung yang ada di luar Kota Wamena itu aman dan terkendali tak ada pergerakan masa atau apapun , masalah yang ada ini terjadi hanya di kota saja sehingga kami pastikan situasi di distrik dan kampung itu aman terkendali,” ujarnya.

Baca juga: Pemprov Sumbar Bantu Pemulangan 9 Korban Tewas Kerusuhan di Wamena ke Pesisir Selatan

 

31 orang tewas

Gubernur Papua Lukas Enembe menemui warga Wamena, Kabupaten Jayawijaya, yang tengah mengungsi usai kerusuhan terjadi pada 23 September lalu, Rabu (25/9/2019)Dok Staff Khusus Gubernur Papua Gubernur Papua Lukas Enembe menemui warga Wamena, Kabupaten Jayawijaya, yang tengah mengungsi usai kerusuhan terjadi pada 23 September lalu, Rabu (25/9/2019)
Kapolres Jayawijaya AKBP Toni Ananda Swadaya mengatakan, data rumah sakit menunjukkan ada 31 orang tewas saat kerusuhan di Wamena.

“Saat ini ada 31 orang korban meninggal dan puluhan korban luka-luka,” kata Toni saat dikonfirmasi Kompas.com, Kamis (26/9/2019).

Toni menjelaskan, saat ini sudah ada 10 orang korban tewas yang diberangkatkan ke Jayapura.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com