Jenazah korban dibawa ke kampung halaman mereka masing-masing-masing untuk dimakamkan oleh pihak keluarga.
Baca juga: Kisah Dokter Soeko, Bertugas di Pedalaman Papua, Wafat dalam Kerusuhan Wamena
Sedangkan, korban lainnya masih disemayamkan di RSUD Wamena.
Untuk korban luka-luka, sebagian telah dikirim ke Kota Jayapura, untuk mendapatkan perawatan medis secara intensif.
“Sudah banyak kita kirim korban luka-luka ke Jayapura, agar mendapat penanganan medis yang lebih baik. Para korban kebanyakan dirawat di RSUD Jayapura dan RS Bhayangkara,” ujar Toni.
Komandan Kodim 1702/Jayawijaya Letkol Candra Dianto mengatakan belum semua lokasi amukan massa pada 23 September 2019 lalu telah disisir oleh aparat.
Baca juga: Gubernur Papua Minta Warga Wamena Tak Takut dan Kembali ke Rumah
"Sementara sudah 75 sampai 80 persen yang disisir, banyak sekali kerusakan," katanya. Oleh karena itu, ia meyakini masih ada korban tewas yang belum ditemukan.
Ia mengakui, sebagian besar korban tewas ditemukan dalam keadaan hangus terbakar serta terkena sabetan benda tajam, panah, dan juga luka akibat benda tumpul.
4 jenazah terakhir kali ditemukan terbakar di puing-puing rumah pada Rabu (25/9/2019).
Untuk data terakhir dari Kabid Humas Polda Papua, Kombes AM Kamal di Jayapura, Kamis (26/9/2019) menyebut ada 224 mobil roda 6 dan 4 hangus; 150 motor, 465 ruko hangus, dan 165 rumah dibakar; serta 5 perkantoran hangus terbakar dan 15 lainnya rusak berat.
Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian mengungkap, kerusuhan yang terjadi di Wamena, Papua, Senin (23/9/2019), tak lepas dari agenda United Liberation Movement for West Papua (ULMWP) pimpinan Benny Wenda.
Menurut Tito, Benny dan kelompoknya ingin kerusuhan di Wamena menjadi perhatian pada momen sidang Komisi Tinggi HAM dan sidang Majelis Umum Persatuan Bangsa-Bangsa ( PBB) yang sedang berlangsung di New York, Amerika Serikat.
Tito menduga, ada kesengajaan untuk memunculkan isu pelanggaran HAM terhadap masyarakat Papua, di tengah pelaksanaan sidang PBB tersebut.
Baca juga: Kapolri Sebut Kerusuhan di Wamena Didesain untuk Tarik Perhatian PBB
"Ada upaya-upaya dari pihak yang berada di luar negeri, yaitu kelompok ULMWP (United Liberation Movement for West Papua) pimpinan Benny Wenda yang menghendaki agar di Papua atau di Indonesia dibuat gerakan yang bisa memancing media nasional maupun internasional khususnya," kata Tito
Tito menyebut, untuk melaksanakan agendanya, Benny Wenda menggunakan jaringan kelompok separatis yang ada di dalam negeri, yaitu Komite Nasional Papua Barat (KNPB), yang tersebar di beberapa kota di Indonesia.
"Saya tidak menyatakan bahwa semua saudara-saudara kita masyarakat Papua adalah bagian dari mereka (KNPB) tidak, tapi ini adalah kelompok kecil," ujar Tito.
Menurut Tito, kerusuhan yang terjadi di Wamena itu juga berkaitan erat dengan peristiwa serupa yang sebelumnya terjadi di Surabaya, Malang, Sorong, Manokwari, dan Jayapura.
Baca juga: Fakta Lengkap Kerusuhan Jayapura, Satu Prajurit TNI Gugur hingga Dugaan Keterlibatan Benny Wenda
SUMBER: KOMPAS.com (Fitria Chusna Farisa, Dhias Suwandi, Perdana Putra, John Roy Purba), Antara