Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah 7 Surat Ibunda BJ Habibie, Ungkapkan Kerinduan hingga Nasihat

Kompas.com - 13/09/2019, 06:27 WIB
Dewantoro,
Khairina

Tim Redaksi

Kepada pedagang surat tersebut, dia mengatakan dari mana dia mendapatkan begitu banyak surat Habibie.

"Dia katakan Habibie kan lama tinggal di Jerman. Di Hamburg. Dia dapat dari rumah lelang. Dia dapatnya  dari, kalau di sini botot (loak) lah," katanya.

Dia menduga, sebelum surat-surat itu sampai ke tangannya, loak itu dipanggil si pemilik rumah yang ingin mengosongkan keller atau ruang bawah tanah dari barang-barang yang sudah menumpuk.

"Saya menduga, Pak Habibie atau Bu Ainun ini menyimpannya dengan rapi lalu meletakkannya di keller itu. Lalu telepon loak untuk mengosongkannya, lalu dari dia disortir sesuai barangnya," katanya.

Kemudian, surat-surat itu sampai ke tangan filatelis keliling di pameran-pameran, dan di situlah dia mendapatkannya.

Dia pun terkejut saat membaca surat-surat itu. Surat itu selalu diawali dengan penyebutan nama Habibie, Ainun, Ilham, dan Thareq.

"Awalnya kesulitan karena ada bahasa Belanda, Jawa, dan Indonesia campur Belanda lagi. Isinya cerita kerinduan kepada Rudi, panggilan Habibie. Dia menanyakan keadaan keluarga, kesehatan Rudi. Dia juga menyapa Ainun," katanya.

Menurutnya, surat-surat itu keluruhannya adalah spirit kerinduan seorang ibunda di Bandung, RA Habibie kepada anaknya di Hamburg, Jerman.

Surat itu, kata dia, ditulis 1967-1970. Saat itu, Habibie tidak lagi mahasiswa. Surat menggambarkan betapa sayangnya ibu kepada anaknya, seorang nenek kepada cucunya. Juga digambarkan bagaimana Ilham dan Thareq sakit, lalu si nenek memberikan nasehat. 

"Ini adalah surat yang mengharukan dan terasa menggetarkan dengan tinta biru di aerogram," katanya

Ichwan mengaku waktu itu pernah memfotokopi dan mengirimkannya ke Habibie yang saat itu sudah jadi Wakil Presiden. Dia yakin surat itu diterima ajudannya namun dia tak tahu apakah sampai ke tangan Habibie.

"Saya katakan saya temukan surat ini, dan saya ingin menyerahkan ke pak Habibie secara langsung. Mudah-mudahan surat lain ditemukan. Tapi lama tak dihubungi," katanya.

Baca juga: Putra Habibie: Mimpi Bapak yang Belum Terwujud, Terbangkan N-250 dan R-80

Sepulangnya ke Indonesia, Ichwan masih terus berusaha mengembalikannya ke Habibie. Waktu itu ada wartawan Kompas dan menuliskan dirinya di halaman Sosok.

Namun, ia masih belum juga dihubungi sehingga dia meminta dihubungkan dengan sekretaris Habibie.

Dia mendapatkan nomornya dan menyampaikan niatnya menyerahkan surat itu secara langsung.

Kemudian, datang lagi seseorang yang akan membuat film Habibie Ainun yang ingin mengambil surat itu untuk dijadikan latar film saat adegan ibunda Habibie menulis surat. Dia mengatakan hanya Habibie yang bisa mengizinkannya.

"Sejak itu, saya masih tak dihubungi. Hingga kemarin saya sedih seki ketika mendengar Pak Habibie wafat dan surat-surat ini belum sempat saya serahkan. Surat ini ingin saya serahkan ke Pak Ilham dan Pak Thareq yang saya dengar akan buat Museum Habibie di waktu yang tidak lama," katanya.

 Di akun Facebook-nya, Ichwan mengunggah foto surat-surat tersebut dan menuliskan kisahnya.

Perihal tiga surat lainnya, dia berikan kepada sahabatnya, seorang filatelis Jerman bernama  Dr. Herbert Kaminski karena selalu berupaya dapat memilikinya untuk kemudian diberikan kepada istrinya yang tak lain adalah guru SD Ilham dan Thareg di Hamburg.  

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com