Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Komentar Sekolah tentang 3 Siswa SMK yang Hilang 9 Tahun Lalu Saat Magang

Kompas.com - 05/09/2019, 14:32 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Tiga orang siswa di SMKN 1 Sanden, Bantul, Yogyakarta, dinyatakan hilang selama 9 tahun saat Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Pelabuhan Benoa, Bali.

Kapal yang mereka tumpangi hilang kontak per 6 Februari 2010. Mereka dipekerjakan sebagai anak buah kapal (ABK) setelah dijual oleh calo tenaga kerja dengan modus magang.

Ketiga siswa itu adalah Agiel Ramadhan Putra, Ignatius Leyola Andrinta Denny Murdani, dan Ginanjar Nugraha Atmaji. Saat hilang, mereka masih duduk di bangku kelas 2 SMK.

Pihak sekolah angkat suara terkait kasus tersebut.

Kepala SMKN 1 Sanden Slamet Raharjo saat dikonfirmasi Kompas.com mengatakan tidak begitu paham mengenai kasus tersebut.

Baca juga: Dikira Magang, 3 Siswa SMK Dijual Calo ke Perusahaan Kapal hingga Hilang 9 Tahun

Slamet baru menjabat kepala sekolah pada tahun 2012 setelah kasus tersebut ditutup. Ia juga menjelaskan bahwa kasus tersebut telah selesai dan sudah ada vonis bagi yang bersalah.

"Itu sudah selesai di tingkat pengadilan. Ya, saat itu perusahaannya ada sanksi hukum, terus keluarga dari anak-anak sudah mendapatkan kompensasi, itu yang saya tahu," katanya.

Kepala sekolah saat itu kasus tersebut, Akhmad Fuadi telah pindah ke SMKN 1 Pandak.

Sepengetahuan Slamet, upaya pencarian sudah dilakukan mulai dari Kementerian Luar Negeri, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, hingga Bakamla.

Namun hingga sembilan tahun, tiga siswa tersebut masih belum ditemukan.

Ia sendiri mengaku tidak pernah berkomunikasi dengan keluarga korban, karena saat ia menjabat, kasus tersebut sudah ditutup.

Baca juga: Ini Awal Mula 3 Siswa SMK Hilang Saat Magang hingga Tak Pernah Ditemukan Selama 9 Tahun

Slamet juga menjelaskan pihak sekolah sudah tidak lagi berkomunikasi dengan perusahaan di Benoa Bali tempat tiga siswa yang hilang saat magang.

Saat ini, para siswa SMKN 1 Sanden melakukan PKL di Juwana, Jawa Tengah di salah satu perusahaan kapal ikan yang bekerjasama dengan pihak sekolah.

"Itu saya tidak paham (soal calo). Belajar dari itu saya berhati-hati MoU dengan perusahaan yang kapalnya jelas. Setiap anak mau berangkat, kapalnya apa, perusahaannya apa, jelas tidak boleh pindah-pindah. Perusahaan kapal kita yang utama satu tapi satu itu punya banyak kapal. Dia kebetulan lulusan STP, pelaut juga, ia punya 16 kapal PT Putra Riau (namanya)," ucapnya.

SUMBER: KOMPAS.com (Markus Yuwono)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com