Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menguak Misteri Petilasan Tribhuwana Tunggadewi yang Diprediksi Dibangun Hayam Wuruk...

Kompas.com - 01/09/2019, 09:11 WIB
Moh. SyafiĆ­,
Caroline Damanik

Tim Redaksi

MOJOKERTO, KOMPAS.com - Situs Bhre Kahuripan atau dikenal dengan nama lain Petilasan Tribhuwana Tunggadewi di Desa Klinterejo, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, memiliki pola yang hampir sama dengan Candi Penataran.

Demikian kesimpulan sementara dari hasil ekskavasi yang dilakukan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur. Penggalian situs Bhre Kahuripan dilakukan sejak 19 Agustus 2019 lalu dan berakhir pada Jumat (30/8/2019).

Selama 12 hari, BPCB melakukan ekskavasi pada sisi utara dan barat kawasan situs. Dari proses penggalian, tim ekskavasi menemukan struktur pagar dari bata kuno, lantai dari batu andesit dan pecahan genteng.

Baca juga: Diduga Ada Bangunan Candi, Petilasan Tribhuwana Tunggadewi di Mojokerto Diekskavasi

Selain itu, ditemukan juga bongkahan batu andesit dengan warna yang berbeda. Sementara di sisi barat, ditemukan struktur yang membentuk tangga.

Namun, benda-benda kuno yang ditemukan selama ekskavasi, tidak semuanya dalam kondisi utuh. Ada pula struktur tambahan yang kemungkinan dibangun pada abad 20-an.

Situs Bhre Kahuripan atau petilasan Tribhuwana Tunggadewi di Desa Klinterejo, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, setelah di ekskavasi oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur, Sabtu (31/8/2019).KOMPAS.COM/MOH. SYAFIÍ Situs Bhre Kahuripan atau petilasan Tribhuwana Tunggadewi di Desa Klinterejo, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, setelah di ekskavasi oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur, Sabtu (31/8/2019).
Menurut arkeolog dari Universitas Negeri Malang, Ismail Lutfi, beberapa struktur yang ditemukan di situs Bhre Kahuripan, belum menunjukkan bagaimana kondisi awal dari situs.

Bentuk bangunan masa lalu dari situs Petilasan Tribhuwana Tunggadewi juga belum bisa dipastikan karena struktur dan benda-benda kuno yang ditemukan, sebagian besar merupakan sisa-sisa.

"Yang kami temukan tinggal sisa-sisa, kebetulan sekali kami menemukan batas bagian luar dari situs yang kami temukan sebelumnya," ungkap Ismail Lutfi saat ditemui Kompas.com di lokasi situs Bhre Kahuripan, Sabtu (31/8/2019).

Baca juga: Situs Kedaton dan Sugihwaras Ditemukan, Diduga dari Masa Majapahit

Meski belum bisa memprediksi bentuk bangunan, Ketua Ikatan Ahli Arkeolog Indonesia (IAAI) Jawa Timur itu memperkirakan ada kemiripan pola bangunan antara Situs Bhre Kahuripan di Mojokerto dengan Candi Penataran di Kabupaten Blitar.

Kemiripan pola tersebut, lanjut Lutfi, ditandai dengan penemuan satu struktur yang membentuk tangga.

Struktur di sisi barat tersebut diperkirakan merupakan satu dari dua tangga untuk naik atau turun dari bangunan situs yang ditemukan lebih dulu. 

"Di bagian barat itu memang ada tanda-tanda. Kemungkinan untuk naik atau masuk ke bangunan ini ada dua tangga naik ke atas, kanan kiri. Kami baru menemukan yang bagian utara," tuturnya. 

"Di selatan itu diduga ada satu lagi karena dari posisinya tidak persis di tengah dari bangunan yang ada," kata Lutfi di sela kegiatannya meneliti struktur dan benda-benda kuno usai ekskavasi.

Bentuk bangunan dari petilasan Tribhuwana Tunggadewi atau situs Bhre Kahuripan yang ditemukan lebih awal, yakni berupa sebuah yoni atau bangunan yang berasal dari batu andesit. 

Benda purbakala dari batu andesit itu berada di atas struktur persegi berukuran sekitar 5x5 meter. Batu yoni tersebut memiliki panjang 190 sentimeter, lebar 185 sentimeter, serta tingginya 126 sentimeter. 

Dari penampakan di lokasi situs, yoni dari batu andesit tersebut merupakan bangunan tertinggi daripada struktur di sekitarnya. 

Sementara itu, dari beberapa struktur yang baru ditemukan, posisi paling atas dari struktur lebih rendah dari yoni maupun bangunan yang jadi tumpuannya.

"Di Jawa Timur, terutama di zaman Majapahit memang ada hal sama seperti. Jadi polanya seperti Candi Penataran (di Blitar) atau Candi Jago (di Malang). Polanya yang seperti Candi Penataran, kalau bentuk bangunannya belum bisa kita pastikan," ujar Lutfi.

Dia menambahkan, berdasarkan angka tahun yang tertera pada yoni, yakni tahun 1294 saka, bangunan kuno di situs Bhre Kahuripan itu dibangun pada era Raja Hayam Wuruk

Ekskavasi lanjutan

Kepala Sub Unit Pemanfaatan BPCB Jatim, Pahadi mengatakan, untuk bisa menentukan seperti apa bentuk bangunan di situs yang juga dikenal umum dengan istilah petilasan Tribhuwana Tunggadewi tersebut, perlu dilakukan ekskavasi lanjutan.

"Untuk menemukan bentuk bangunan memang perlu dilakukan ekskavasi tahap kedua. Kalau yang kita selesaikan kemarin dan hari ini, ekskavasi tahap pertama," ungkapnya kepada Kompas.com.

Sebelumnya diberitakan, BPCB Jawa Timur melakukan ekskavasi di kawasan petilasan Ratu Majapahit Tribhuwana Tunggadewi, di Desa Klinterejo, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.

Ekskavasi atau penggalian dilaksanakan mulai 19 Agustus dan berakhir pada 30 Agustus 2019. Dugaan awal, petilasan Tribhuwana Tunggadewi atau situs Bhre Kahuripan dulunya merupakan bangunan candi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com