Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[POPULER NUSANTARA] Alasan Oknum Polisi Beri Miras kepada Mahasiswa Papua | 4 Kerangka Manusia Ditemukan di Kebun

Kompas.com - 26/08/2019, 05:47 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Seorang oknum polisi diduga memberikan miras kepada mahasiswa Papua di Bandung saat mereka menggelar aksi solidaritas, Kamis (22/9/2019).

Dua dus berwarna coklat yang berisi minuman keras merek Topi Koboi berkadar alkohol 19 persen diantar langsung ke asrama mahasiswa Papua di Bandung.

Berita tersebut memdapat perhatian banyak para pembaca.

Sementara itu di Banyumas, empat kerangka manusia ditemukan di kebum milik Mesem, warga di Grumbul Karanggandul, Desa Pasinggangan, Kecamatan/Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.

Kerangka empat manusia tersebut diduga masih satu keluarga.

Berikut 5 berita populer nusantara selengkapnya:

 

1. Duduk perkara pemberian miras oleh oknum polisi

Ilustrasi Miras OplosanTOTO SIHONO Ilustrasi Miras Oplosan
Saat mahasiswa Papua menyiapkan konsumsi untuk rekan-rekannya yang sedang aksi, seorang oknum polisi mengantarkan bahan makanan dan dua dus berwarna coklat yang berisi minuman keras merek Topi Koboi berkadar alkohol 19 persen.

Dua dus tersebut diantar langsung oleh tiga oknum polisi ke asrama mahasiswa Papua di abndung, Kamis (22/8/2019).

Salah satu oknum polisi yang mengantar adalah Kompol Sarce Christiaty Leo Dima yang menjabat sebagai Kapolsek Sukajadi.

Kompol Sarce Christiaty tidak sendiri. Dia ditemani oleh oleh pria yang menggunakan pakaiaan sipil.

Miles, salah satu mahasiswa yang saat itu ada di asrama mengatakan Kompol Sarce Christiaty sempat berpesan agar tidak memberi tahu siapapun terkait pemberian miras tersebut.

"Jam 13.22 WIB datang ibu Christi dan ada (rekannya) yang mengenakan pakian biasa mungkin anak buahnya. Mereka bawa miras dua karton ke asrama laki-laki di taruh ke dalam. Bu Christi bilang ini kalian punya minum untuk malam, jangan kasih tahu siapa pun," ujar Miles.

Baca juga: Duduk Perkara Oknum Polisi Beri Miras kepada Mahasiswa Papua di Bandung

 

2. Alasan Kapolsek Sukajadi berikan miras ke Mahasiswa

Ilustrasi minuman keras oplosan. (Shutterstock) Ilustrasi minuman keras oplosan. (Shutterstock)
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Jabar Kombes Trunoyudo Wisnu Andiko mengatakan, pemberian minuman keras oleh oknum polisi kepada mahasiswa Papua di Bandung, didasari atas dasar persamaan emosional pribadi anggota tersebut sebagai orang perantauan.

"Bahwasanya saudari ada kesamaan, orang perantauan, hubungan emosional sudah dibangun sejak saudari Sarce dinas di Jabar. Namun, dalam hal ini sifatnya pribadi yang bersangkutan kepada warga Papua," ujar Truno, di Mapolda Jabar, Kota Bandung, Jumat (23/8/2019).

Kompol Sarce Christiaty saat ini telah dinonaktifkan dari jabatannya sebagai Kapolsek Sukajadi dan sedang diperiksa oleh Bidang Profesi dan Pengamanan (Propam) Polda Jawa Barat.

Sementara itu anggota Kompolnas Bekto Suprapto mengatakan bahwa berdasarkan pengakuan polisi tersebut, pemberian miras sudah biasa dilakukan. Namun Bekto menilai momen pemberian miras kali ini tidak tepat.

"Meskipun dia sebelumnya biasa melakukan, sekarang sedang sensitif. Yang menerima pun seandainya biasa menerima, kali ini marah. Kok kamu kasih saya?" ujar Bekto.

Ia juga menilai seorang polisi tidak patut memberikan miras kepada masyarakat umum, karena miras dapat memicu berbagai bentuk kejahatan.

Baca juga: Ini Alasan Kapolsek Sukajadi Berikan Miras ke Mahasiswa Papua di Bandung

 

3. Dosen tegur mahasiswa di siaran langsung Dota 2

Salah satu pengguna Twitter dengan akun @rasyourbae1 mengunggah tangkapan layar komentar yang diduga dari dosen Fisip UNS yang menegur mahasiswanya, bernama Dimas, di siaran langsung Dota 2 pada Kamis (22/8/2019) malam.tangkapan layar Twitter Salah satu pengguna Twitter dengan akun @rasyourbae1 mengunggah tangkapan layar komentar yang diduga dari dosen Fisip UNS yang menegur mahasiswanya, bernama Dimas, di siaran langsung Dota 2 pada Kamis (22/8/2019) malam.
Nama Rusbiyanto viral setelah salah satu pengguna Twitter dengan akun @rasyourbae1 mengunggah tangkapan layar komentar yang diduga dari dosen FISIP UNS yang menegur mahasiswanya bernama Dimas di siaran langsung Dota 2 pada Kamis (22/8/2019) malam.

Tangkapan layar itu diunggah di akun tersebut bertuliskan, "Rusbiyanto Uns: tolong yang namanya Dimas, mahasiswa FISIP UNS segera konsul ke saya. Semester depan bapak sudah pensiun. Saya dapat info dari temen kosnya kalau Dimas sering streaming Dota 2.

Saat dikofirmasi Kompas.com, Rusbiyanti mengaku dirinya adalah staf akademik di Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS).

Rusbiyanto bercerita kejadian tersebut berawal saat ponselnya digunakan anaknya, Dian Arif untuk melihat streaming Dota 2.

Namun, anaknya lupa menutup akun milik ayahnya.

Hal senada juga dijelaskan oleh Dian. Dia mengaku bahwa dirinya yang menulis komentar tersebut di kolom komentar menggunakan ponsel ayahnya.

Baca juga: Cerita di Balik Viralnya Dosen Tegur Mahasiswa di Siaran Langsung Dota 2

 

4. Anggota TNI diskors dan diseret ke PM

Asrama Mahasiswa Papua di Surabaya, Jawa Timur, Rabu (21/8/2019)dok BBC Indonesia Asrama Mahasiswa Papua di Surabaya, Jawa Timur, Rabu (21/8/2019)
Kodam V/Brawijaya memberikan skorsing kepada lima anggotanya atas peristiwa pengepungan asrama mahasiswa Papua di Jalan Kalasan, Surabaya, Jawa Timur, pekan lalu.

Kepala Penerangan Kodam (Kapendam) V/Brawijaya Letkol Arm Imam Hariyadi mengatakan, lima anggotanya yang dijatuhi skorsing, salah satunya adalah Danramil 0831/02 Tambaksari Mayor Inf N.H Irianto.

"Skorsing itu namanya pemberhentian sementara, sifatnya temporer. Walaupun sebenarnya itu merupakan sanksi juga ya, jadi hak-hak dia dikurangi juga," kata Imam kepada Kompas.com, Minggu (25/8/2019) malam.

Menurut dia, skrosing itu diberikan untuk memudahkan Pomdam V/Brawijaya dalam melakukan penyidikan.

Ia menjelaskan, penyidikan yang dilakukan Pomdam V/Brawijaya terus berjalan.

Selain itu, Pomdam juga melengkapi berkas-beekas perkara sehingga kasus tersebut bisa segera dibawa ke persidangan.

Baca juga: Kasus di Asrama Mahasiswa Papua, 5 TNI Diskors dan Diseret ke Pengadilan Militer

 

5. Kerangka yang ditemukan di kebun diduga satu keluarga

Lokasi penemuan empat kerangka manusia di Grumbul Karanggandul, Desa Pasinggangan, Kecamatan/Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Minggu (25/8/2019).KOMPAS.COM/FADLAN MUKHTAR ZAIN Lokasi penemuan empat kerangka manusia di Grumbul Karanggandul, Desa Pasinggangan, Kecamatan/Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Minggu (25/8/2019).
Empat kerangka manusia yang ditemukan di kebun milik Misem, warga di Grumbul Karanggandul, Desa Pasinggangan, Kecamatan/Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, diduga merupakan satu keluarga.

Mereka adalah kakak beradik Ratno, Yono (50), Heri (40) dan Pipin, anak dari Ratno. Mereka diketahui telah "menghilang" dari rumah orangtuanya, Misem sejak empat atau lima tahun yang lalu.

Marhadi (34), warga setempat mengatakan, selama ini warga mengetahui keempat orang tersebut merantau ke luar kota. Namun hingga kini mereka tidak pernah kembali ke rumah.

"Keempat orang itu kata keluarganya merantau ke luar kota sejak sekitar lima tahun yang lalu. Warga tahunya mereka merantau," kata Marhadi di sekitar lokasi kejadian, Minggu (25/8/2019).

Menurut Marhadi, keluarga tersebut cenderung tertutup dan jarang bersosialisasi dengan warga sekitar. Sehingga warga tidak mengetahui secara pasti kehidupan mereka.

Baca juga: 4 Kerangka Manusia yang Ditemukan di Kebun Warga Diduga Satu Keluarga

SUMBER: KOMPAS.com (Rachmawati, Ghinan Salman, Fadlan Mukhtar Zain)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com