Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

17 Agustus: Di 9 Tempat Ini, Soekarno Pernah Catatkan Sejarah...

Kompas.com - 17/08/2019, 09:31 WIB
Rachmawati

Penulis

Tempat ini dulunya merupakan pabrik citronella kerja sama antara pemerintah Indonesia-Bulgaria.

Paulus Mintarga, owner dari Rumah Atsiri Tawangmangu mengatakan Soekarno saat itu berkeinginan membuat pabrik citronella (sereh wangi) terbesar di ASEAN.

Dalam masa-masa perkembangannya sejak sebagai pabrik atsiri hingga sekarang menjadi Rumah Atsiri, tempat ini mengalami beberapa pemindah tanganan.

Di era Presiden Soeharto menurut penuturan Paulus, tempat ini sempat difungsikan sebagai tempat research.

Pabrik tersebut sempat dikelola oleh orang yang kemudian justru menjual barang-barang logam yang ada di dalam pabrik. Kini hanya tinggal beberapa alat termasuk mesin pencacah yang bisa dilihat.

Baca juga: Rumah Atsiri, Peninggalan Bung Karno yang Tak Banyak Diketahui


5. Rumah Rengasdengklok, Karawang

Pada 16 Agustus 1945, lepas subuh, Bung Karno dan Bung Hatta dijemput untuk dibawa ke Rengasdengklok, Karawang, Jawa Barat.

Ia bersama Fatmawati dan putranya yang masih bayi, Guruh Soekarnoputra, pergi ke Rengasdengklok dikawal oleh Soekarni, Shodancho Singgih, Jusuf Kunto, dan tokoh-tokoh lainnya.

Soekarno dan Hatta singgah di sebuah rumah milik Djiauw Kie Siong. Padahal rencana awal, Sang Proklamator akan ditempatkan di markas PETA (Pembela Tanah Air).

"Soekarno dan Hatta datang pagi hari ke rumah Djiauw Kie Siong. Kenapa datang ke sini? Karena rumah ini tak mencolok. Rencana awalnya itu tempat kumpulnya di markas PETA. Dipilih rumah Djiauw ini karena jauh dan tertutup rimbun pohon," kisah sejarawan Rushdy Hoesein kepada KompasTravel di Rumah Djiauw Kie Siong beberapa waktu lalu.

Pada 1957, rumah asli Djiauw Kie Siong yang semula berada di pinggiran Sungai Citarum dipindahkan di lokasi yang berjarak sekitar 150 meter dari tempat aslinya di Kampung Bojong.

Djiaw Kie Song adalah warga keturunan Tionghoa Hakka yang bekerja sebagai petani dan tinggal di sekitar Sungai Citarum. Dia memiliki sawah sekitar 2 hektare dan bertani sejak tahun 1930.

Djiaw Kie Song lahir sekitar tahun 1880 di Desa Pacing, Sambo, Karawang.

Baca juga: Mengenal Djiauw Kie Siong, Pemilik Rumah di Rengasdengklok yang Disinggahi Bung Karno

 

6. Loji Gandrung, tempat Soekarno menginap di Kota Solo

Loji Gandrung, rumah dinas Wali Kota Surakarta berlokasi di Jalan Slamet Riyadi, Solo, Jawa Tengah, Jumat (7/12/2018).KOMPAS.com/LABIB ZAMANI Loji Gandrung, rumah dinas Wali Kota Surakarta berlokasi di Jalan Slamet Riyadi, Solo, Jawa Tengah, Jumat (7/12/2018).
Loji Gandrung adalah rumah dinas Waki Kota Surakarta yang ada di Jalan Slamet Riyadi, Solo, Jawa Tengah.

Rumah dinas yang pernah ditempati Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat menjabat wali kota pada periode 2005-2012 itu akan berubah nama menjadi " Rumah Bung Karno.

Wali Kota Surakarta FX Hadi Rudyatmo mengatakan pergantian nama Loji Gandrung tersebut, untuk menghargai dan menghormati Bung Karno sebagai pendiri bangsa Indonesia.

Menurutnya, setiap kali ke Solo Bung Karno selalu singgah dan menginap di Loji Gandrung.

"Bung Karno dulu kalau ke Solo menginap di sini, tinggal di sini. Ini bagian dari sebuah penghargaan dan penghormatan kepada beliau (Bung Karno) selaku pendiri republik, bapak bangsa dan plokamator," jelasnya.

Baca juga: Berubah Nama Jadi Rumah Bung Karno, Loji Gandrung Kini Lebih Terbuka

 

7. "Kamar Suci Bung Karno" di Bali

Kamar yang pernah ditempati Bung Karno di Grand Inna Bali Beach, Sanur, Denpasar, Bali.Kompas.com/SHERLY PUSPITA Kamar yang pernah ditempati Bung Karno di Grand Inna Bali Beach, Sanur, Denpasar, Bali.
"Kamar Suci Bung Karno" ada di Hotel Grand Inna Bali Beach, yaitu hotel bintang 5 pertama di Bali yang diresmikan langsung oleh Presiden Pertama, Ir Soekarno pada tahun 1963.

Hotel Grand Inna Bali Beach pernah mengalami kebakaran besar pada 1993. Api melahap hampir seluruh bangunan, kecuali satu buah kamar di lantai 3. Kamar bernomor 317 tersebut tak terbakar sedikit pun.

Menurut petugas hotel, kamar tersebut dulu kerap digunakan Soekarno untuk sembahyang. Kini kamar tersebut kerap disebut sebagai “Kamar Suci Bung Karno”.

Tiap hari Kamis, warga sekitar dan tamu hotel diperbolehkan “sowan” ke kamar ini.

Kompas.com berkesempatan masuk ke kamar tersebut beberapa waktu lalu. Aroma dupa sangat menyengat begitu memasuki ruangan.

Tamu yang masuk ke kamar dilarang menggunakan alas dan dilarang mengambil gambar saat memasuki ruangan tesebut.

Lantai ini dilapisi dengan karpet tebal layaknya kamar lainnya. Di sisi kanan ruangan ada sebuah almari kaca besar yang di dalamnya terdapat foto-foto Bung Karno.

Ada juga beberapa botol minyak wangi tempo dan beragam perkakas lainnya.

Di sisi kanan ruangan kami melihat kamar mandi yang masih menggunakan perabotan tempo dulu. Ukuran kamar mandi tak terlalu luas.

Di dalam kamar terdapat dua tempat tidur berukuran kecil dan terdapat bunga-bunga segar dari para pengunjung dipajang dengan begitu rapi.

Di sisi kamar masih tampak noda hitam akibat api yang sengaja tak dicat ulang oleh pengelola hotel.

Selain di lantai 3, ada juga kamar khusus para kepala negara yang menginap yang berada di lantai 7.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com