Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

17 Agustus: Tonil dan Perlawanan Soekarno di Ende

Kompas.com - 17/08/2019, 08:06 WIB
Rachmawati

Penulis

”Pastor pula yang memberi tempat gedung Imakulata untuk pementasan tonil. Para pastor kalau menonton gratis,” kata Umar.

Selesai pementasan, biasanya Bung Karno akan mengajak anggota tonil dan anggota kelomok pengajian berwisata.

Umar mengaku pernah diajak berwisata di kawasan Nangapanda, Nangaba, Wolowona. Yang paling jauh, mereka wisata ke Danau Triwarna Kelimutu yang berjarak sekitar 55 kilometer dari kota Ende.

Baca juga: Cara Bung Karno Siapkan Pidato 17 Agustus, Pandang Bintang di Langit, Bermunajat, dan Tulis Tangan...

Saat tamasya, digunakan oleh Bung Karno untuk memberikan pendidikan politik bagi masyarakat Ende yang pada waktu itu umumnya berpendidikan rendah, sebagai nelayan dan petani kelap

”Seingat saya, Bung Karno pernah mengajak piknik dua kali ke Danau Kelimutu, tapi yang satu kali tidak mendapat izin dari Pemerintah Belanda.

Bung Karno waktu itu hanya boleh jalan-jalan dengan radius sekitar tiga kilometer dari rumah, selebihnya harus mendapat izin,” Umar mengenang.

Suatu kali, di dekat aliran sungai, dekat Stadion Marilonga Ende di kawasan Wolowona, kata Umar, Bung Karno mengajarkan lagu Indonesia Raya dan Di Timur Matahari. Karena ada mata-mata yang melapor ke polisi dan raja, Bung Karno dipanggil polisi dan didenda.

Baca juga: “Kamar Suci Bung Karno” di Hotel Tempat Berlangsungnya Kongres V PDI-P

Dilansir dari buku Ekspedisi Jejak Peradaban NTT: Laporan Jurnalistik Kompas diceritakan tentang Djae Bara pengikut setia Soekarno yang meninggal akhir tahun 1990-an pernah memaparkan kepada Kompas bahwa dalam satu karya tonil, Bung Karno meramalkan Indonesia akan terbebas dari penjajahan tahun 1945.

Bung Karno juga membayangkan kemerdekaan itu tidak direbut dari penjajah Belanda, melainkan dari sesama bangsa Asia.

Masih dari buku tersebut juga dijelas selama di Ende, Bung Karno dekat dengan tiga pastor Katolik, yaitu Pater Yohanes Bouma, Regional Regio SVD Ende (wilayah Sunda Kecil); pastor paroki katerdral Ende Pater Huyjink; serta Brider Conradus W Thuis yang mempersilahkan Bung Karno menggunakan Gedung Imakulata untuk pementasan tonil.

 

Delapan naskah asli tonil diduga hilang

Delapan naskah asli tonil karya Bung Karno, Presiden Pertama RI, yang dibuat dalam masa pembuangan politik di Kabupaten Ende, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, tahun 1934-1938, diduga hilang.

Dilansir dari Kompas.com, delapan naskah itu berjudul Rahasia Kelimutu, Rendo, Jula Gubi, KutKutbi, Anak Haram Jadah, Maha Iblis, Aero Dinamit, dan Dr Setan.

Hal itu dinyatakan peneliti Yuke Ardhiati di Situs Bung Karno di Jalan Perwira, Ende, Kamis (30/7/2019), seusai bertemu dengan pengelola Situs Bung Karno, Syafrudin Pua Ita.

Di halaman 63 buku Bung Karno dan Pancasila, Ilham dari Flores untuk Nusantara (2006) tertera tanda terima naskah tonil tulisan Bung Karno selama di Ende tahun 1934-1938 dari Yusuf Ibrahim sebagai wakil kawan-kawan Bung Karno di Ende kepada Rahmawati Soekarno.

Namun, naskah tonil tidak ditemukan di Yayasan Bung Karno di Jakarta. Rahmawati Soekarno menyatakan kepada Yuke bahwa berkas naskah tonil tercecer sejak petugas yayasan yang mengelola koleksi, Bagin, meninggal beberapa tahun lalu.

SUMBER: KOMPAS.com (Adhitya Ramadhan, Firmansyah, Samuel Oktora)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com