Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Momen Idul Adha, Tambahan Rezeki bagi Pengrajin Besek di Magetan

Kompas.com - 12/08/2019, 06:45 WIB
Sukoco,
Abba Gabrillin

Tim Redaksi


MAGETAN, KOMPAS.com – Pengrajin besek atau kotak dari anyaman bambu di Kabupaten Magetan, Jawa Timur, kebanjiran pesanan besek dari luar kota.

Salah satu pengepul besek di Desa Sidomulyo Kabupaten Magetan Azwar mengatakan, biasanya dia mengirim besek ke pasar Solo maupun Pasar Pati seminggu sekali, bahkan 2 minggu sekali.

Namun, saat ini hampir setiap hari ada permintaan besek dari pelanggan.

“Saya biasa kirim 10.000 pasang besek seminggu sekali. Sekarang semampunya kirim diterima pasar," ujar Azwar, Sabtu (10/8/2019).

Baca juga: Kurangi Sampah Plastik, Ribuan Daging Kurban di Bali Dibungkus Besek Bambu

Menurut Azwar, besek digunakan oleh pembeli untuk mengemas tapai, ikan, maupun untuk membungkus nasi saat warga menggelar hajatan.

Momentum Idul Adha menurut Azwar, ikut menaikan penjualan besek.

Sebab, sebagian besar besek digunakan untuk membungkus daging kurban sebagai ganti plastik.

“Sekarang mulai ramai kurban menggunakan bungkus besek, apalagi ramai imbauan untuk tidak menggunakan plastk,” kata Azwar.

Irah (65) salah satu pengrajin besek di Desa Sidomulyo Magetan mengaku tingginya permintaan besek menjelang Idul Adha turut menaikan harga besek.

Biasanya, dalam satu iker besek, di mana satu iker berisi 30 pasang besek, dihargai Rp 22.000.

“Biasanya kalau sepi permintaan, haga besek hanya Rp 11.000 per iker. Enggak ada untungnya kalau harga segitu,” kata Irah.

Di Desa Sidomulyo terdapat lebih dari 3.000 warga yang kebanyakan merupakan ibu-ibu menjadi pengrajin besek secara turun temurun.

Irah mulai membantu orangtuanya membuat besek sejak umur 10 tahun.

Kelebihan besek ketimbang plastik

Ketua Yayasan Majelis Tafsir Alquran (MTA) Kabupaten Magetan Suyatno mengaku, sudah 20 tahun menggunakan besek untuk membungkus daging kurban.

Selain dirasa lebih lebih santun untuk memberikan daging kurban kepada warga, besek juga membuat daging kurban tidak cepat membusuk. Berbeda jika dibandingkan menggunakan plastik.

"Selain lebih santun dan daging kurban lebih awet, besek juga lebih ramah lingkungan, karena mudah terurai dibanding plastik,” ujar Suyatno.

Untuk kebutuhan membungkus daging kurban, Yayasan MTA telah memesan 20.000 besek untuk didistribusikan ke Yayasan MTA di Jakarta, Yogyakarta, Ngawi, Nganjuk, Madiun, bahkan MTA di Banjarmasin.

Suyatno mengatakan, menggunakan besek sebagai bungkus daging kurban sama dengan mengajak masyarakat untuk lebih peduli dengan terhadap lingkungan.

"Kalau pakau besek itu dibakar jadi abu atau dibiarkan bambu juga cepat membusuk, sehingga bisa jadi pupuk,” kata Suyatno.

Penggunaan besek untuk pembungkus daging kurban, menurut Suyatno, juga merupakan upaya pemberdayaan masyarakat di Desa Sidomulyo, Kabupaten Magetan.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com