Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Para Pembuat Tusuk Sate Tradisional di Ciamis...

Kompas.com - 07/08/2019, 12:24 WIB
Candra Nugraha,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

CIAMIS, KOMPAS.com - Dusun Desa, Desa Saguling, Kecamatan Baregbeg, Kabupaten Ciamis, terkenal dengan sentra pembuatan tusuk sate tradisional.

"Mayoritas warga di dusun ini pembuat tusuk sate," ungkap Odah (55), salah seorang pembuat tusuk sate saat ditemui di rumahnya, Rabu (7/8/2019).

Dari satu batang bambu sepanjang sekitar enam meter, bisa menghasilkan satu kodi tusuk sate. Satu kodi berisi 20 ikat tusuk sate.

"Satu ikat tusuk sate ada 250 biji tusuk sate," ujar Odah.

Baca juga: Fakta Kebakaran Pasar Manis Ciamis, Hidran Macet, Pedagang Merugi

Tusuk sate di sini dibuat dengan cara manual, tidak diproduksi dengan mesin canggih. Satu batang bambu dipotong dengan gergaji kemudian kembali dipotong menjadi lebih tipis dengan golok.

"Semuanya dengan tangan, tanpa mesin. Termasuk saat meraut (menghaluskan) tusuk sate agar tidak tajam sisi-sisinya," kata Odah.

Ada cara unik saat menghaluskan tusuk sate. Warga memasukan tusuk sate yang masih kasar ke dalam potongan ban dalam mobil.

"Nanti diinjak dengan kaki. Kaki dimaju-mundurkan. Namanya digesrok," ucap Odah.

Ihwal harga, tusuk sate tradisional ini sangat murah. Satu ikat tusuk sate hanya dibanderol Rp 1.000 hingga Rp 2.500.

"Satu kodi (20 ikat) hanya Rp 24.000. Produksi satu kodi tusuk sate bisa selama satu minggu," kata Odah.

Menjelang Hari Raya Idul Adha, menurut dia, pesanan tusuk sate bertambah. Bahkan, banyak tengkulak yang sengaja mendatangi rumahnya.

Baca juga: Hidran Macet, Warga Tampung Air di WC untuk Padamkan Api di Pasar Manis Ciamis

 

"Sekarang tengkulak rebutan beli ke sini. Ini juga sudah ditunggu sama tengkulaknya," ujar dia.

Di hari biasa, Odah hanya menghasilkan beberapa ikat tusuk sate per minggunya. Namun, menjelang Idul Adha, pemesanan tusuk sate lebih dari 1,5 kodi.

"Permintaan meningkat," ucap dia.

Menurut Odah, tusuk sate tradisional tak kalah dengan tusuk sate buatan pabrik yang dibuat dengan mesin.

Ini dibuktikan dengan sejumlah tengkulak yang tetap membeli tusuk sate tradisional karena memiliki kelebihan.

"Kata mereka, saat daging ditusuk tidak licin. Jika pakai tusuk sate buatan mesin, tusuk satenya licin, dagingnya mudah melorot," ujar Odah.

Baca juga: 13 Kios Pedagang Kain di Pasar Manis Ciamis Terbakar

Pembuat tusuk lainnya, Sarkosih (91) mengatakan, sudah puluhan tahun memproduksi tusuk sate. Penghasilan dari tusuk sate tidak seberapa.

"Satu ikat tusuk sate hanya dibeli Rp 1.000. Pada satu ikat tusuk ada 250 biji tusuk sate," ucap dia.

Meski tidak seberapa, ia tetap menekuni pekerjaan ini karena tidak memiliki mata pencaharian lain. "Sudah tua. Hanya ini yang bisa dikerjakan," kata Sarkosih. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com