Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cara Pemkot Surabaya Turunkan Suhu Udara 2 Derajat Celsius

Kompas.com - 31/07/2019, 21:55 WIB
Ghinan Salman,
Farid Assifa

Tim Redaksi

Setiap rayon itu memiliki tim masing-masing yang tugasnya menjaga dan merawat setiap taman. Tim inilah yang biasanya mengganti tanaman atau bunga yang mati.

"Biasanya, mereka ini menyiram tanaman itu 1-2 kali kalau musim hujan. Tapi kalau musim panas, biasanya mereka menyiram tanaman itu 3-4 kali. Mereka pun rutin melakukan pemupukan dengan memberikan kompos yang diolah sendiri," ujarnya.

 Upaya menyerap polusi

Dengan banyaknya RTH yang dibangun setiap tahunnya, Eri memastikan cuaca dan suhu di Surabaya semakin turun. Sebab, tanaman tersebut berfungsi untuk menyerap polusi dan membuat polusi udara di Surabaya bisa semakin membaik.

"Apalagi di pinggir jalanan Surabaya, kami sudah lama meletakkan tanaman Sansevieria atau lidah mertua untuk menyerap polutan kendaraan. Ini juga membantu mengurangi polusi di Surabaya," ujarnya.

Ia juga menjelaskan, polusi udara itu juga selalu dikontrol dengan uji emisi yang dilakukan oleh Dinas Perhubungan Surabaya.

Bagi yang tidak lulus uji emisi, maka tidak akan diberi izin. Sebaliknya, jika memenuhi syarat di ambang batas, maka akan diperbolehkan.

"Jadi, setelah lulus emisi, lalu polusi yang tetap ditimbulkan itu di-cover oleh taman-taman itu, sehingga polutannya tetap bisa dikurangi," jelasnya.

Cara lain yang dilakukan adalah menerapkan Peraturan Daerah (Perda) Kota Surabaya nomor 7 tahun 2002 tentang pengelolaan ruang terbuka hijau.

Baca juga: Sudah Buat Kajian, Surabaya Akan Bangun MRT untuk Kurangi Kemacetan

Dalam perda ini diamanatkan bahwa setiap gedung atau bangunan diharuskan menyediakan ruang terbuka hijau.

"Jadi, saat mengajukan IMB itu, salah satu syaratnya harus ramah lingkungan, harus menerapkan grand building. Kacanya harus banyak, sehingga tidak perlu banyak pakai lampu, dan lampunya pun harus pakai LED, serta penggunaan air harus pakai otomatis, sehingga pencemaran lingkungan bisa diminimalisir," kata Eri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com