Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Keluarga Korban Salah Tembak BNN, Panik Saat Dihadang dan Ditembaki

Kompas.com - 15/07/2019, 13:34 WIB
Kontributor Medan, Mei Leandha,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

MEDAN, KOMPAS.com – Muhammad Yasin meregang nyawa usai satu peluru yang diduga milik petugas Badan Narkotika Nasional (BNN) bersarang di tubuhnya pada Rabu, 3 Juli 2019 lalu.

Keluarga tak terima, mereka tak senang almarhum meninggal dunia tanpa salah dan tak wajar. Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) Sumatera Utara jadi tempat mengadu dan berharap keadilan. 

Jamilah, mewakili keluarga menceritakan kejadian yang membuatnya trauma.

Katanya, BNN mengira rombongan mereka yang terdiri dari dirinya, almarhum, Sulaiman, M Yusuf, Sofyan Hidayat, dan Robi Syahputra adalah bagian dari jaringan narkoba yang sedang mereka ungkap pada 2 dan 3 Juli 2019 lalu. 

Saat itu, BNN sedang mengembangkan kasus penyelundupan narkoba asal Malaysia ini di sejumlah tempat.

Baca juga: 5 Fakta Dugaan Peluru Nyasar Saat Razia BNN, Terdengar Letusan Berulang Kali hingga Kesaksian Korban Salah Tembak

Mulai dari Tanjungbalai, Asahan, Batubara, dan Deliserdang. Sudah delapan tersangka diamankan dengan barang bukti 81 kilogram sabu dan 100.000 lebih ekstasi jenis Minion dan Lego.

BNN menuding, rombongan Sulaiman yang menumpangi mobil Avanza B 1321 KIJ menghalangi petugas yang sedang mengejar mobil Jazz BK 1004 VP yang dikemudikan tersangka Hanafi dan Amiruddin pada Selasa, 2 Juli 2019 petang di kawasan Kabupaten Batubara.

Panik mengira dihadang begal

Jamilah tegas membantah. Istri dari Rahmadsyah Sitompul, saksi Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandiaga di sidang Mahkamah Konstitusi beberapa waktu lalu ini bilang, rombongan hendak mengantarnya pulang ke Medan. Usai menghadiri persidangan suaminya di Batubara. 

“Kami tak tahu ada kejar-kejaran BNN, kami kira karena di jalan raya, biasalah mobil kencang–kencang,” kata Jamilah, Rabu (10/7/2019), di kantor KontraS, Jalan Brigjen Katamso Gang Bunga Nomor 2A, Kota Medan. 

Saat melintasi jalan besar Batangkuis-Simpangkolam di Kabupaten Deliserdang pada Rabu (3/7/2019) dinihari, mobil mereka dihadang.

Yusuf yang mengemudikan mobil ketakutan. Hari masih gelap, jalanan sunyi, dia mengira sedang dihadang kawanan begal atau rampok.

Baca juga: Misteri Peluru yang Tembus Dada Akbar Saat Razia BNN di Palembang

 

Dalam kronologis BNN disebutkan, petugas menemukan mobil rombongan Jamilah di wilayah Deliserdang.

Petugas berupaya menghentikan laju kendaraan namun melarikan diri, bahkan menabrak dan hendak mencelakai petugas. 

"Kami kira begal, kami panik...!" timpal Sulaiman.

Yasin membelokkan mobil ke kanan, mencari arah lain. Mobil petugas mengejar, lalu menembaki.

Penumpang dalam Avanza semakin panik, apalagi begitu melihat Yasin yang duduk paling belakang dan Sofyan Hidayat kepalanya berdarah.

Dalam kepanikan dan kebingungan, Yusuf tancap gas ke arah Jalan Perhubungan, Laudendang. 

Tiba-tiba ada mobil lain yang menghadang, kemudian kembali terdengar suara tembakan.

Sulaiman tiarap, lalu keluar menyelamatkan diri setelah mobil terhenti di depan sebuah warung.

Baca juga: Obrolan Buwas dengan Remaja yang Terjaring Razia BNN

Terluka tembak

Dirinya dan Yusuf sampai memanjat pohon mangga untuk menghindari kejaran, tak dilihatnya lagi batang hidung kawan-kawannya. Dirinya akhirnya turun dari pohon setelah para pengejar mengaku polisi. 

“Ada yang mengaku polisi, kami pun turun, terus diborgol. Pas digiring, baru tahu aku kaki Yusuf kena tembak,” kata nelayan berusia 29 tahun ini. 

Masih dengan tangan diborgol, bersama Yasin mereka dibawa petugas menuju Rumah Sakit Haji, Kota Medan.

Kata Sulaiman, sepanjang perjalanan menuju rumah sakit, Yasin memegangi bagian perutnya. Dia sempat mendapat perawatan, namun akhirnya meninggal dunia.

Begitu Yasin tak bernyawa lagi, borgol dilepas. Selanjutnya Yusuf dibawa ke RS Bhayangkara untuk mendapat perawatan luka tembak di kaki kirinya. 

Baca juga: BNN Amankan 82 Kg Sabu dari Malaysia yang Disembunyikan Dalam Ban Mobil

Sulaiman menginap semalam di sel BNN Provinsi Sumut. Petugas yang menanyainya sempat mendaratkan tamparan.

Tak lama, Sofyan dan Robi datang, mereka dipertemukan dengan para tersangka. Mengaku tidak mengenal, ketiganya diminta tes urine dan hasilnya negatif. Dinyatakan tak terbukti terlibat dan bersalah, mereka dibebaskan pada Sabtu (6/7/2019).

Sulaiman mengaku diberi uang transport sebanyak Rp 500 ribu oleh petugas yang mengantarkannya pulang ke Jalan DI Panjaitan, Kota Medan.

Jenazah Yasin yang tak lain abang ipar dari Rahmadsyah Sitompul, dipulangkan ke rumah keluarganya. 

KontraS Sumut yang dikonfirmasi mengatakan, akan mendampingi para korban. Saat ini tengah mengumpulkan keterangan dan bukti-bukti dari para korban. Selanjutnya akan menyurati Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM).  

“Kami meminta Komnas HAM menginvestigasi kasus ini, supaya para korban dan keluarganya mendapat keadilan dan proses hukum bisa berjalan," kata Koordinator Badan Pekerja KontraS Sumut Amin Multazam Lubis, Senin (15/7/2019).

Baca juga: Soal Anggotanya yang Salah Tembak, Polri Bakal Cek SOP Izin Kepemilikan Senpi

Kasus sensitif...

Kepala Biro Hubungan Masyarakat BNN Brigjen Sulistyo Pudjo yang dimintai keterangannya terkait kasus ini mengatakan, pihaknya masih melakukan penyelidikan.

Sulistiyo mengaku sudah bertemu keluarga Yasin di Batubara pasca kejadian. Karena masih mengumpulkan data dan informasi internal, dirinya tak bisa menjawab pertanyaan wartawan. 

"Nanti yang akan merilis pimpinan karena kasus ini sangat sensitif, menyangkut profesionalitas, akuntabilitas hingga kepercayaan publik kepada lembaga BNN,” kata Sulistiyo pada Jumat (12/7/2019) lewat sambungan teleponnya kepada wartawan. 

Namun dia sedikit membeberkan kronologis versinya, kata Sulistiyo, mobil yang ditumpangi Yasin bersama empat orang lain berada di lokasi BNN yang sedang melakukan pengejaran di Kabupaten Batubara dan Deliserdang.

Baca juga: Salah Tembak Anaknya, Polisi Langsung Serahkan Pistol ke Kantor

 

Menurutnya, awalnya petugas tidak mengikuti mobil Yasin, namun ketika berada di Deliserdang, mobil ini kembali muncul. Bahkan menabrak mobil BNN. 

Soal uang transport yang diterima Sulaiman, dirinya mengaku tidak mengetahuinya. 

“Saya enggak tau, itu deputi berantas. Kalau masalahnya begitu dari inspektorat (nanti). Itu nanti keputusan kepala BNN. Kita sekadar membantu. Tujuannya datang ke sana (Batubara), untuk melihat langsung dari keluarga,” ucapnya mengakhiri pembicaraan. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com