Tak disangka, sekitar pukul 21.30 WIB, Syamsudin dibangunkan oleh cucunya. Ia diberi tahu bahwa Tampubolon ditangkap.
"Baru keluar, empat mobil lewat. Anaknya dibawa. Pengen nangis saya denger cucung cerita. Kasihan anaknya masih kecil," bebernya.
Syamsudin mengatakan, Tampubolon sudah hampir satu tahun lebih tinggal di lingkungannya. Menurutnya, Tampubolon cukup ramah dengan warga sekitar.
"Kalau lewat ya nyapa. Memang pertama kali pindah ke sini, yang datang anak buahnya. Ngomong kalau mau buka toko roti di depan sini," katanya. Namun, Syamsudin mengaku tidak tahu persis kehidupan Tampubolon.
"Kalau kehidupannya, saya enggak begitu tahu. Kalau tinggal berdua sama anaknya. Kalau siang, anak buahnya datang, memproduksi roti," tandasnya.
Rasa empati terhadap anak Mindo Tampubolon juga diungkapkan Rahmad Senopati, tetangga sebelah tembok toko roti Rose Bread.
"Rabu (Selasa) malam. Ya dua hari yang lalu. Kasihan saya sama anaknya. Baru naik kelas lima (SD). Umur 10 tahun. Cewek," ungkap Rahmad.
Rahmad menjelaskan, pasca penangkapan oleh tim Kejagung, tidak ada aktivitas di rumah dan toko roti Rose Bread. "Sejak kejadian itu, rumah kosong," katanya.
Rahmad menuturkan, Mindo Tampubolon baru satu tahun menjadi tetangganya.
"Baru setahun pindah langsung buka usaha tempat pembuatan sekaligus penjualan (roti)," bebernya.
Artikel ini telah tayang di tribunlampung.co.id dengan judul Mindo Tampubolon Polisi yang Bunuh Istrinya, Ternyata Selama Ini Tinggal Bersama Mertua di Lampung, https://lampung.tribunnews.com/2019/06/28/mindo-tampubolon-polisi-yang-bunuh-istrinya-ternyata-selama-ini-tinggal-bersama-mertua-di-lampung.