Selain itu, ada filosofi usaha juga yang diterapkan Edi dari binatang buaya.
"Buaya itu tenang, namun buas dan mematikan jika sudah berburu mangsa," jelas pecinta binatang reptil ini.
Kedai Dukun bukan karena dirinya pecinta klenik dan tempat kumpul dukun. Namun, Dukun yang dimaksud akronim dari "Dua Yang Kun" yang menjadi keyakinan Edi dalam menjalankan usahanya.
"Rejeki sudah ada yang ngatur, kita hanya bisa usaha dan doa," katanya.
Sementara satu hal kontroveri lain dari kedainya, yaitu soal penitipan suami. Edi menjamin tidak berkonotasi negatif, tidak ada hal-hal negatif di kedainya, apalagi sampai menyediakan perempuan nakal.
"Saya jamin, tidak ada hal-hal itu, silahkan lihat sampai kedalam, ini kan rumah saya juga, cuma ada kamar saya dan dapur di belakang," kata pria yang kerap disapa Kuwu Utun Inji ini sambil tertawa.
Edi mengaku, dalam waktu dekat, akan segera menggelar peluncuran kedainya. Entah apalagi yang disiapkan Edi saat peluncuran nanti.
"Segera kita launching, tunggu saja nanti kita undang," katanya.
Kedai Dukun menyajikan menu utama kopi dan minuman serta makanan ringan. Kedai ini, diharapkan Edi menjadi tempat nongkrong semua kalangan di Garut untuk berkumpul dan bertukar fikiran mencari ide-ide yang segar.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan