Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kronologi Penembakan yang Menewaskan Warga di Pulau Seram Versi Polisi dan Warga

Kompas.com - 17/05/2019, 20:24 WIB
Rahmat Rahman Patty,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi


AMBON, KOMPAS.com - Insiden penembakan terjadi ketika aparat Brimob Polda Maluku dari Detasemen B Masohi dan warga di Desa Latu, Kecamatan Amalatu, Kabupaten Seram Bagian Barat, Maluku, bersitegang.

Insiden yang terjadi pada Rabu (15/5/2019) malam tersebut menyebabkan seorang warga Desa Latu bernama Sulaiman Patty (39), tewas ditempat setelah tertembak di bagian dada.

Dua warga lain ikut menjadi korban dalam insiden itu yakni Muhtar Patty, tertembak bagian tangan, dan Asnawi Patty (32) mengalami luka parah di bagian kepala karena diduga dipukul dengan popor senjata saat sedang melintas di depan Kantor Polsek Amalatu.

Korban meninggal kini telah dimakamkan pihak keluarga di desanya sedangkan dua korban luka kini masih menjalani perawatan intensif di RSUD Piru dan rumah sakit di Kairatu.

Insiden tersebut bermula dari aksi protes warga Desa Latu yang tidak terima dengan penangkapan KP, salah satu pemuda desa tersebut oleh polisi pada Rabu sore.

Baca juga: Polisi Amankan 3 Orang Terkait Penembakan Kaca Mobil dan Rumah Warga di Kabupaten Bandung

 

KP ditangkap polisi di depan Mapolsek Amalatu karena diduga terlibat dalam aksi penganiayaan yang menewaskan Syamsul Lussy, di hutan Desa Latu awal Mei lalu.

Saat ini, status KP telah resmi ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan di sel tahanan Polda Maluku.

Buntut dari penangkapan tersebut, warga melakukan aksi protes ke Kantor Polsek Amalatu. Warga meminta agar KP segera dibebaskan.

Dalam aksi itu, warga juga ikut merusak dan menyegel kantor polsek tersebut.

Kabid Humas Polda Maluku Kombes Pol Muhamad Roem Ohoirat mengatakan, awalnya polisi menggelar razia di depan Mapolsek Amalatu.

Saat itu, petugas menahan sebuah mobil Avanza yang melintas di depan kantor polsek. Saat dibuka, polisi menemukan KP yang berada di bagian belakang bagasi mobil.

“Saat mobil dibuka dan bagasi belakang ditarik, ada seorang yang terjatuh dan langsung ditangkap, ternyata yang bersangkutan adalah salah satu terduga pelaku yang sudah beberapa kali kami panggil, tapi tidak datang dan sudah dikeluarkan surat penangkapan kepada yang bersangkutan,” kata Roem, kepada wartawan, Jumat (17/5/2019).

Polisi langsung membawa KP ke Polres Seram Bagian Barat di Piru. Setelah penangkapan itu, warga langsung mendatangi Polsek Amalatu untuk melakukan aksi protes.

Setelah itu, saat menjelang maghrib warga kemudian kembali ke rumah masing-masing.

“Setelah warga kembali, mereka meminta hingga pukul 24.00 apabila yang ditangkap tidak segera dilepas, massa akan kembali ke polsek dan akan melakukan pembakaran terhadap polsek,” ujar dia.

Atas ancaman warga tersebut, pihaknya langsung melakukan penebalan personel di kantor polsek tersebut. Sebab, kata Roem, kantor polsek merupakan lambang negara yang harus dapat dipertahankan.

“Sehingga, satu peleton pasukan Brimob didatangkan dari Masohi untuk melakukan penjagaan oleh Maposlek. Kemudian mereka berengkat dari Masohi menuju polsek,” ujar dia.

Roem mengatakan, saat aparat Brimob tiba di Desa Latu, warga langsung menghadang mereka dengan memblokade ruas jalan di desa tersebut. Saat itu, menurut Roem, mobil aparat ikut dilempari dengan bom.

“Jadi, warga melempari mobil Brimob dengan bom, ada juga tembakan dari arah muka dan belakang, kaca mobil juga pecah. Jadi, kami diserang itu dari depan, belakang, sisi kanan, anggota cuma bertahan sambil melepaskan tembakan,” ungkap dia.

Atas insiden itu, kata Roem, satu warga Latu meninggal dunia dan dua orang mengalami luka-luka.

Baca juga: Pasca Penembakan di Nduga, Pembangunan Trans Papua Terhambat

Pihaknya tidak menampik bahwa penembakan saat itu dilakukan aparat Brimob, namun dia juga tidak yakin bahwa aparat Brimob yang menembaki warga.

”Saya tidak bisa mengelak bahwa ini akibat daripada tembakan anggota Brimob, saya tidak bisa bilang bahwa itu tidak. Tapi, saya tidak juga bisa bilang bahwa itu kenapa, karena masyarakat juga melakukan penembakan kepada kita dari depan dan dari belakang, jadi tidak tahu yang bersangkutan korban ini akibat dari pelurunya siapa," ujar dia.

"Kalau memang masyarakat itu ingin menghendaki bisa kita lakukan autopsi, dari autopsi itulah kita bisa tahu ini berasal dari senjata api siapa. Tapi, situasi tidak memungkinkan untuk melakukan itu,” ungkap dia.

Versi warga

Salah satu tokoh masyarakat Desa Latu, Muhamad Patty mengatakan, aksi penembakan terhadap warga Latu terjadi pada pukul 21.30 WIT.

Aksi tersebut bermula dari protes warga atas penangkapan KP, seorang pemuda Latu yang diduga sebagai pelaku pembunuhan Samsul Lussy.

Patty mengatakan, penembakan terjadi saat warga hendak menghalau rombongan aparat Brimob yang baru tiba di Desa Latu.

Saat itu, sempat terjadi adu mulut dan tiba–tiba terdengar bunyi rentetan tembakan sebanyak 5 kali ke arah warga dalam jarak 15 meter oleh pasukan truk kedua.

“Saat itu pula Sulaiman Patty langsung tewas di tempat,” kata Patty, kepada Kompas.com, Jumat (17/5/2019).

Melihat tiga warga yang telah tersungkur jatuh, serentak warga langsung melempari aparat brimob tersebut dengan kayu, batu dan tiga buah bom rakitan.

Aparat Brimob disebut membalas reaksi warga Latu dengan tembakan rentetan selama 10 menit ke arah warga dan rumah warga, lurus ke arah Jalan Raya Trans Seram.

Selain menimbulkan korban jiwa, Muhamad menyebut beberapa rumah warga di tepi jalan mengalami rusak ringan akibat terkena peluru.

Dia menyebut, penembakan yang dilakukan aparat Brimob kepada warga sangatlah brutal. Personel Brimob saat itu juga dinilai sangat emosional dan seolah menganggap warga adalah musuh mereka.

“Padahal, aksi warga Latu tidak terindikasi mengancam keselamatan aparat. Mereka telah mencederai hak asasi manusia, menggunakan senjata untuk membunuh rakyat,” sebut dia.

Baca juga: 2 Orang Pelaku Penembakan Polisi di Palembang Terekam CCTV

Atas insiden tersebut warga menuntut agar Komandan Brimob Detasemen B Pelopor yang mempimpin pasukannya ke Desa Latu, dapat menyerahkan anak buahnya yang terlibat penembakan untuk diproses secara hukum.

Warga lainnya, Amirundi Patty mengklaim, warga tidak menggunakan senjata api sebagaimana disampaikan oleh pihak Polda Maluku.

"Sebelum peristiwa penembakan itu terjadi, warga tidak ada yang melakukan perlawanan. Kalaupun ada, itu hanya bersifat adu mulut. Bukan perlawanan berupa kontak senjata sebagaimana yang disampaikan Kabid Humas Polda Maluku. Seluruh bunyi tembakan senapan organik, adalah murni keluar dari laras aparat Brimob," klaim dia.

Dia pun menyesalkan pernyataan Kabid Humas Polda Maluku yang menuding warga Latu melakukan perlawanan terhadap aparat dengan menggunakan senjata api.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com