Hartoyo, warga Dusun Beluk, Desa Jombok, Kabupaten Jombang mengungkapkan, banjir di kampungnya sebenarnya bukan cerita baru. Hampir setiap tahun banjir melanda wilayah dusun berpenduduk 1.000 jiwa ini.
"Tapi yang sekarang paling parah, belum pernah terjadi. Ini sudah lima hari tapi banjir tak kunjung surut," katanya.
Selain menggenangi jalan raya dan jalan kampung, banjir di Dusun Beluk juga masuk ke sebagian rumah warga.
"Sudah lima hari tidak bisa kerja, bengkel saya terendam. Itu, di depan rumah masih penuh air," ujar Sigit, pemilik bengkel motor di Dusun Beluk Desa Jombok.
Kepala Desa Jombok Muchid mengungkapkan, banjir yang menggenangi salah satu dusun di desanya berasal dari luapan Sungai Afur Watudakon.
Menurut dia, jika tidak ada pendangkalan sungai dan penyumbatan aliran, banjir dengan waktu yang cukup lama tidak akan terjadi.
"Sekarang ini paling parah, dulu-dulu sih tidak pernah seperti ini. Harapan kami setelah banjir nanti surut, pemerintah melakukan normalisasi (Sungai Afur Watudakon)," kata Muchid saat ditemui di lokasi banjir.
Banjir di Dusun Beluk Desa Jombok, terjadi sejak Rabu (1/5/2019) pagi. Hingga Senin (6/5/2019) pagi, banjir di wilayah ini belum juga surut.
Untuk memenuhi kebutuhan makan dan minum para penduduk terdampak banjir, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jombang rutin mengirimkan air bersih. Selain itu, BPBD Jombang juga telah membuka posko dapur umum dan pos kesehatan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.