Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kata Mahasiswa ITB soal Pemilu 2019: Arti Satu Suara hingga PR untuk Presiden Terpilih

Kompas.com - 30/04/2019, 10:14 WIB
Reni Susanti,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

Vanji Ikhsan Azis, mahasiswa magister Farmasi Industri SF ITB mengatakan, pemilu adalah ajang pesta demokrasi Indonesia.

“Menariknya, kita tidak hanya berdemokrasi sebagai bangsa tapi demokrasi dalam keluarga. Antar keluarga saja beda pilihan tapi tetap bersatu. Untuk itu, mari utamakan persatuan,” tutur Vanji.

Hal berbeda disampaikan Levina Maharani, mahasiswa Creative Cultural Enterpreneurship SBM ITB. Ia melihat, pemilu kali ini karena dilakukan serentak berimbas pada jumlah surat suara yang cukup banyak.

Namun, sayangnya, masih banyak orang yang belum mengerti fungsi dari masing-masing surat suara.

Tak Perlu Diperdebatkan

Persoalan lainnya yang tengah ramai diperbincangkan adalah fenomena quick count dan real count. Menurut Levina, hasil quick count, merefresentasikan real count.

“Sekarang, tinggal tunggu saja hasil real count 100 persen untuk membuktikan kredibilitas lembaga quick count di Indonesia yang banyak diragukan masyarakat,” imbuhnya.

Hal serupa disampaikan Bonardo, Anindyta, dan Dahlia. Mereka mengaku percaya dengan lembaga survei. Sebab mereka telah menjalankan pekerjaannya sesuai dengan metode yang ada.

Apalagi jika melihat hasilnya, angka quick count dari masing-masing lembaga survei tidak jauh beda dengan margin error yang kecil pula. Terlalu riskan jika lembaga survei tersebut melakukan kesalahan berjamaah.

Mahasiswa lainnya, Onasis mengatakan, suara yang tengah dihitung mencapai ratusan juta yang tidak bisa disimpulkan dalam sepekan.

Untuk itu, ia mengajak semua orang bersabar menunggu hasil real count diumumkan. Sebab, KPU pun sudah memiliki jadwal pengumuman hasil penghitungan suara.

“(Hasil quick count) tidak perlu diperdebatkan. Gak usah terbawa arus, kita tunggu saja hasil real count-nya,” tuturnya.

PR untuk Presiden Terpilih

Para mahasiswa ini pun berharap, presiden terpilih adalah orang yang dibutuhkan Indonesia lima tahun ke depan. Bukan hanya dalam masalah domestik Indonesia tapi juga dunia.

Levina mengatakan, Indonesia membutuhkan presiden yang terbuka dengan perkembangan zaman. Dimana banyak negara lain yang berkembang jauh lebih maju dibanding Indonesia. Apalagi ditambah dengan revolusi industri yang bergerak cepat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com