Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fakta Penyandang Disabilitas Nyaleg dengan Modal Rp 10 Juta, Tak Punya Saksi di TPS hingga Janji Maju Lagi Tahun 2024

Kompas.com - 25/04/2019, 15:38 WIB
Michael Hangga Wismabrata,
Khairina

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Memperjuangkan hak-hak kaum disabilitas adalah alasan utama Noldus Pandin (40) untuk mencalonkan diri menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Makassar.

Dirinya menganggap, kaum disiabilitas juga memiliki hak yang sama untuk duduk dan memperjuangkan hak-haknya di dalam gedung wakil rakyat.

Semangat tersebut memacu Noldus tetap optimis, meskipun hanya bermodal biaya Rp 10 juta.

Dirinya berjanji akan maju kembali di Pemilu 2024 jika tahun ini gagal.

Berikut ini fakta kisah perjuangan Noldus Pandin di Makassar:

1. Modal Rp 10 juta dan tak punya saksi di TPS

Ilustrasi pencoblosan.KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO Ilustrasi pencoblosan.

Noldus menceritakan, selama masa kampanye, ia hanya menghabiskan dana sekitar Rp10 juta. Dana tersebut dari bantuan sanak saudara Noldus. Dirinya mengaku sama sekali tidak menggunakan dana partai.

Dengan dana yang terbatas, Noldus pun akhirnya tak memiliki saksi-saksi di TPS yang ada di dapilnya.

Ia mengaku tidak seperti caleg-caleg yang punya jejaring solid dan sudah mapan yang bisa membayar saksinya di TPS.

Hal ini membuatnya belum mengetahui perolehan suaranya secara pasti setelah pencoblosan 17 April 2019 lalu.

"Saya memang ada kendala, teman-teman caleg yang lain itu punya jejaring tim yang sangat solid jadi saya tidak mempunyai saksi yang artinya militan di setiap TPS karena keterbatasan dana," imbuhnya.

Baca Juga: Kisah Caleg Difabel dari Makassar, Habiskan Rp 10 Juta hingga Tak Miliki Saksi di TPS

2. Jika kalah, Noldus siap maju lagi di Pemilu 2024

IlustrasiKOMPAS/HANDINING Ilustrasi

Noldus mengaku berangkat dari hati nurani dan ingin membuktikan kepada masyarakat bahwa sudah seharusnya kaum disabilitas mendapatkan tempat di DPRD Kota Makassar.

Ia menegaskan jika dirinya tidak terpilih di pileg tahun ini, ia mengaku siap untuk maju di Pemilu 2024 mendatang.

"Jika pahit-pahitnya saya tidak terpilih, di periode berikut saya akan berupaya lagi. Semoga tetap sehat dan tetap fight kita sokong untuk 2024 lagi. Semoga saya tidak berubah pikiran dan tetap setia bersama PSI," harapnya.

"Dengan ini, saya membuka pelajaran baru bagi publik ternyata disabilitas tidak boleh dianggap enteng," pungkasnya.

Baca Juga: Ngaku Bisa Gandakan Uang, Nenek di Makassar Tipu Korbannya hingga Rp 1,2 Miliar

3. Noldus ingin perjuangkan hak disabilitas di Makassar

Ilustrasi penyandang disabilitasSHUTTER STOCK Ilustrasi penyandang disabilitas

Noldus menceritakan, dirinya ingin memperjuangkan kaum disabilitas yang menurutnya masih sering mendapatkan perlakuan yang tidak adil.

Ia mengatakan, kebanyakan anggota dewan fokus pada isu gender dan kemiskinan.

Sementara Kota Makassar masih belum sepenuhnya ramah terhadap penyandang disabilitas terutama untuk aksesibilitas penyadang disabilitas yang sangat terbatas di setiap jenjang lembaga di kota ini.

"Padahal pada payung hukum tentang disabilitas itu sudah ada, tinggal terjemahan di setiap jenjang lembaga itu mengalami kemandekan," ucap pria yang juga merupakan tenaga pengajar di salah satu sekolah swasta di Makassar ini.

Baca Juga: PDI-P Sebut Cucu Bung Karno Borong Suara di Dapil Jatim 1

4. Kemungkinan lolos tipis, Noldus tunggu hasil final KPU

Ilustrasi penghitungan suara di TPSSERAMBI/BUDI FATRIA Ilustrasi penghitungan suara di TPS

Noldus merupakan penyandang difabel daksa dengan kaki kanan polio. Namun kondisi itu tak membuatnya patah arang untuk ikut dalam kontestasi Pemilu 2019 kemarin.

Caleg yang berasal dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI) nomor urut 9 ini berada dalam wilayah Dapil III Kota Makassar yang meliputi Kecamatan Tamalanrea dan Biringkanaya.

Noldun pun mengakui, peluang untuk duduk di kursi DPR memang tipis, apalagi di TPSnya ia hanya memperoleh 15 suara.

"Kalau persoalan apakah ada peluang tentu kita optimis saja. Nanti kita tunggu hasilnya saja dari KPU bagaimana penetapannya. Tapi kalkulasi kasarnya ada 700 suara yang saya dapatkan," kata Noldus saat diwawancara Kompas.com, Selasa (23/4/2019).

Baca Juga: Bayar Rp 1,5 Juta demi Pekerjaan, Puluhan Calon Tenaga Kerja Malah Tertipu

Sumber: KOMPAS.com (Himawan)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com