Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Caleg Gagal yang Butuh Ketenangan Bisa Terapi di Padepokan Anti Galau Ini

Kompas.com - 24/04/2019, 19:58 WIB
Muhamad Syahri Romdhon,
Khairina

Tim Redaksi

Yayat maju melalui Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra). Dia mewakili daerah pemilihan tujuh yang meliputi enam kecamatan, antara lain Kecamatan Astanajapura, Beber, Greged, Mundu, Sedong, dan Susukan Lebak.

Mulanya, Ujang mendengarkan apa yang dialami Yayat. Kemudian, Ujang memandikan Yayat dengan air yang sudah dicampur aneka kembang sambil memberi nasihat. Tak lupa, Ujang juga membacakan doa.

Ujang menyebut air dan kembang hanyalah media atau sarana saja. Air dapat menyegarkan tubuh yang sedang panas, sedangkan bunga memiliki aroma terapi yang dapat membantu menenangkan jiwa.

“Penangannya dengan cara–cara sederhana saja. Dengan doa-doa kepada Allah, tadi juga dimandiin biar tenang, dibacain ayat-ayat suci Alquran. Setelah itu beribadah kepada Allah. Saya katakan kepada mereka, politik salah satu perhiasan dunia, yang kita tidak boleh menuhankan politik,” kata Ujang.

Baca juga: Kisah Kolektor Surat Suara Pemilu, Rasakan Kenikmatan Luar Biasa yang Tak Dialami Orang Lain (2)

Pria yang juga menjabat Ketua Umum Gerakan Pemuda Anshor Kabupaten Cirebon ini menyampaikan dirinya kerap mendapatkan tamu tiap pascaperayaan pemilu termasuk periode 2009 – 2014 lalu.

Mereka berasal dari dari dalam dan luar Cirebon.

Atas dasar itu, Ujang menyediakan sejumlah ruangan untuk pengobatan sekaligus penginapan. Dirinya tidak menarif nominal yang harus dibayar pasien alias seikhlasnya.

Mencari ketenangan

Usai mandi kembang, Yayat Abdurahman, caleg Partai Gerindra dibawa ke ruang khusus. Ujang kembali memberi nasehat dan membiarkan Yayat beribadah sendiri.

Ruang itu biasa digunakan untuk menenangkan diri.

Kepada sejumlah pekerja media, Yayat menceritakan dirinya datang ke Padepokan Anti Galau hanya ingin mencari perantara untuk ketenangan saja.

Dalam pesta demokrasi ini, dia maju bersama istrinya melalui partai yang sama dengan daerah pemilihan berbeda.

Baca juga: Kisah Suhendro, Dokter yang Koleksi Surat Suara mulai Pemilu Tahun 1957 (1)

Yayat mengaku tidak membangun tim sukses dan tidak menggunakan banyak uang. Dia berbekal kepercayaan diri dan relasi dari keluarga, teman, sahabat dan tetangga.

Dia sudah menyadari bahwa menang dan kalah adalah hal biasa.

Hingga Jumat (19/4/2019), dia baru mendapatkan 1000 suara dari sebanyak 7000 suara yang ditargetkan, masih jauh dari harapan.

Angka tersebut juga dia nilai terbantu karena dia maju melalui Partai Gerindra.

“Pertimbangan, satu Gerindra berada di nomor urut rendah, di posisi kedua. Keduanya, di Gerinda ada salah satu kontestan presiden yang ikut. Menguntungkan bila saya ikut partai Gerindra. Jelas ada pengaruhnya,” tutup Yayat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com