Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Aku Mau Peluk Anakku untuk Terakhir Kalinya..."

Kompas.com - 11/04/2019, 21:57 WIB
Kontributor Medan, Mei Leandha,
Khairina

Tim Redaksi


MEDAN, KOMPAS.com - Kecelakaan bus karyawan kargo di dekat Kualalumpur International Airport (KLIA) pada Minggu (7/4/2019) malam, adalah duka mendalam bagi Nurhayati.

Buruh tani yang tinggal di Dusun III Paluhmanan, Kecamatan Hamparanperak, Kabupaten Deliserdang, Sumatera Utara kehilangan anak gadisnya yang menjadi tulang punggung keluarga, Rosvita Loka Harahap.

Vita, perempuan 23 tahun, adalah satu dari 12 penumpang bus yang tewas dalam kecelakaan maut tersebut.

Baca juga: Bus Sugeng Rahayu Kecelakaan, 14 Penumpang Luka-Luka

Saat itu, bus mengangkut puluhan karyawan sedang dalam perjalanan dari asrama karyawan di Nilai, Negerisembilan menuju Malaysia Airlines Cargo Complex di Jalan S8 Pekeliling, KLIA.

Dari ke-12 korban meninggal dunia, empat orang adalah warga negara Indonesia. Keempatnya berjenis kelamin perempuan, mereka adalah:Ayu (22), Azura Afrianti (22), Rosvita Loka Harahap (23), dan Fitri Nurjahari (21).

Nurhayati masih tak percaya anak kesayangannya sudah tiada. Dia terus memeluk foto dan baju sekolah sang anak, lalu menangis setiap bayangan anaknya melintas.

Sambil sesenggukan dia bilang, satu jam sebelum kecelakaan, korban menghubunginya. Suara dari seberang telepon mengabarkan kalau dia akan pulang Ramadhan nanti.

Senangnya ibu empat anak itu mendengar kabar bahagia yang akan melepas kerinduannya pada sang anak.

"Sudah empat tahun dia di sana, senang kali aku pas dia bilang puasa nanti pulang. Dia bilang, karena mau pulang, bulan ini nggak ngirim uang. Enggak bawa oleh-oleh juga, kalau sudah sampai kakak telepon," kata Nurhayati menirukan ucapan Vita, Rabu (10/4/2019).

Ternyata, itulah percakapan terakhir ibu dan anak ini. Tak lama berselang, pihak perusahaan menghubunginya dan memberi kabar duka.

Mendengar itu, rasanya seperti disambar petir, kakinya serasa tak menginjak tanah.

Perempuan yang ditinggal mati suaminya ini berlari sambil histeris menemui ayahnya. Laki-laki inilah yang menenangkannya.

"Katanya, sejak dalam kandungan takdir semua orang sudah ditentukan. Inilah yang buat aku kuat..." ucapnya pelan.

Baca juga: WN Malaysia yang Ditikam Pengusaha Batam Masih Belum Stabil

Usai menghapus air matanya yang terus mau jatuh, Nurhayati bilang, Vita ke Malaysia karena faktor ekonomi. Mereka hidup serba kekurangan, apalagi sewaktu Vita duduk di kelas 1 SMA, sang ayah meninggal dunia.

Nurhayati memenuhi kebutuhan hidup dan anak-anaknya dengan menjadi tani yang diupah Rp 50.000 perhari.

Kondisi ini yang membuat Vita memutuskan tidak melanjutkan pendidikannya sampai bangku universitas. Dia memilih berangkat ke Malaysia menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI).

Tekadnya bulat untuk kebahagian ibu dan tiga adiknya, setidaknya melepaskan mereka dari kemiskinan. Ini terbukti, empat tahun merantau, ekonomi keluarga kian membaik.

Keringat Vita mampu membiayai adiknya Gumarah Harahap menamatkan SMA. Kemudian membiayai sekolah adiknya Hotama Harahap yang kini duduk di kelas dua SMA.

Vita juga sudah merenovasi rumah mereka yang dulunya hanya berukuran 5x6 meter, sekarang menjadi 9 x 12 meter. Untuk biaya hidup dan sekolah ini, setiap bulan sang ibu menerima kiriman uang sebesar Rp 3 juta sampai Rp 5 juta.

"Dia ini anaknya tangguh, tapi manja... Hampir semua gajinya dikirimnya ke kami, dia hanya ambil seperlunya aja. Sengaja dia lakukan ini, biar senang kami, semuanya untuk keluarga," tangisnya tumpah.

"Mamak jangan capek-capek jadi petani. Kalau masih kerja, kakak enggak kirim uang lagi. Dia selalu bilang akan mengumrohkan ku sebelum menikah," sambung Nurhayati, dia kembali menangis.

Baca juga: Angkut Siswa, Truk Kecelakaan di Jalur Puncak

Sepanjang ingatannya, putrinya selalu menceritakan apapun tentang permasalahan yang dihadapinya, termasuk hubungan asmaranya. Namun sepengetahuannya, Vita masih seorang diri.

"Belum ada pacarnya," ujarnya menyeka air mata.

Kamis (10/4/2019) sekira pukul 11.30 WIB, jenazah almarhumah akan tiba di rumah duka. dan langsung dikebumikan sebelum Shalat Dzuhur. Satu keinginan Nurhayati adalah memeluk anaknya untuk yang terakhir kali.

"Besok dia pulang, mudah-mudahan masih bisa dibuka. Aku mau peluk anakku untuk terakhir kalinya," suaranya sudah parau karena terus-terusan menangis.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com