Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ceng Beng, Tradisi Ziarah Kubur dan Reuni Warga Tionghoa

Kompas.com - 08/04/2019, 19:09 WIB
Muhamad Syahri Romdhon,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

“Makam nenek, ibunya nenek, kedua orang adiknya nenek saya, dibongkar. Motivasinya ekonomi, apalagi di pinggir jalan, untuk usaha. Kalau makam yang di dalam, dibuat rumah,” keluh Halim.

Menurutnya, perawatan makam Kutiong masih sangat minim. Dia berharap, kejadian serupa tidak lagi terjadi menimpa banyak makam lainnya.

Apalagi, makam Kutiong juga memiliki ukuran yang tak kecil. Halim lupa luas detail makam tersebut.

Edi Bagja, Kepala Dinas Kepemudaan Olahraga Kebudayaan Dan Pariwisata Kota Cirebon, mengapresiasi tradisi tersebut. Cirebon, menurutnya, sangat kaya akan sejarah dan budaya.

Semua warisan sejarah perlu dan harus dihormati serta dilestarikan.

“Ini adalah salah satu bentuk yang harus kita dukung, karena kegiatan seperti ini sangat menarik dari sisi budaya. Berbagai agama yang ada di sini, kita harus membangun kerukunan agama dengan kreasi dan cara masing-masing,” kata Edi.

Baca juga: Perayaan Imlek bagi Muslim Tionghoa di Indonesia...

Menurut Edi, tradisi Ceng Beng dapat mendatangkan wisatawan. Alasanya, para peserta yang datang tidak hanya dari Cirebon, melainkan dari berbagai wilayah lain.

Terkait keluhan sejumlah warga Tionghoa, Edi menyebut, wilayah Makam Kutiong merupakan lahan Ruang Terbuka Hijau sesuai perda tentang RTH Tahun 2012. Edi mengajak agar seluruh pihak bersama-sama menjaga serta melestarikan.

“Perda itu harus dilaksanakan, minimal sama-sama mengawasi. Harus komitmen,” kata Edi.

Meily (63) dan Henni (57), warga Tionghoa Cirebon yang sedang menziarahi makam kedua orangtuanya menyampaikan hal serupa. Keduanya berharap agar makam kedua orangtuanya serta banyak makam lainnya dilestarikan dan dijaga.

Keduanya mengaku setiap tahun ke lokasi setempat. Mereka berharap agar tradisi Ceng Beng juga dapat berlangsung tenang tanpa ada gangguan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com