Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Pilu Musaanah, Tidur di Atas Makam Putrinya yang Jadi Korban Tabrak Lari

Kompas.com - 04/04/2019, 16:10 WIB
Ari Widodo,
Khairina

Tim Redaksi


DEMAK,KOMPAS.com - Seorang ibu tidur di atas makam putrinya yang menjadi korban tabrak lari dan menjadi viral mengundang reaksi dari pihak keluarga.

Peristiwa yang terjadi di Desa Mlaten, Kecamatan Mijen, Kabupaten Demak, Jateng, mendadak jadi sorotan.

Berbagai cerita beredar di dunia maya terfokus pada ibu yang berbaring di pusara sang putri karena belum merelakan kepergiannya.

Baca juga: Jenazah Korban Lion Air Deryl Dimakamkan di Dekat Pusara Kakek

Ibu bernama Musaanah (35) menjadi buah bibir di tengah masyarakat dan media sosial setelah anak sulungnya, Arumsari Fitriyah (16), siswi MTs kelas IX, meninggal akibat tabrak lari dan dimakamkan Senin (1/4/2019) lalu.

Wanita dua anak tersebut berbaring di pusara anaknya meskipun para pelayat dan anggota keluarga sudah meninggalkan kompleks pemakaman.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by infokejadiandemak (@infokejadiandemak) on Apr 2, 2019 at 3:56pm PDT


Badriyah (62, nenek korban membenarkan bahwa cucunya Arumsari memang menjadi korban tabrak lari saat berboncengan dengan temannya untuk menonton pertunjukan musik di Kudus.

Warga Desa Mlaten RT 7 RW 3, Kecamatan Mijen, Demak tersebut juga mengakui kalau Musaanah, Ibu korban sempat tidur di atas makam putrinya dengan alasan belum rela anaknya meninggal secepat itu.

Leres, niku putu kula sing ninggal. Pas dimakamke ,tiyang - tiyang sampun wangsul tapi ibu’e taksih kantun terus tilem teng makam. Tapi nggih boten dangu sanget, wong terus keluargane methuk. ( Betul, itu cucu saya yang meninggal. Pada saat dikuburkan, orang orang sudah pulang tapi ibunya tetap di sana, tidur di atas makam. Tapi tidak lama sekali, soalnya langsung dijemput keluarga)," ungkap Badriyah sambil berlinang air mata, saat ditemui Kompas.com di rumahnya, Kamis (4/4/2019).

Baca juga: Maruf Amin Batal Ziarah ke Makam Leluhurnya di Pamekasan

Badriyah juga mengungkapkan, sejak kecil cucunya tinggal di rumahnya, bukan di rumah ibunya yang berjarak sekitar 500 meter dari tempat tinggalnya.

Dalam penuturannya, Arum jarang sekali berkunjung ke rumah ibunya, kecuali dipesankan supaya datang karena ibu dan nenek dari pihak ibunya kangen.

Nganu,nuwunsewu, ibu’e kadang kadang radi boten normal. Tapi nggih nembe pinten tahun niki, boten awit nome. Lha wong larene mawon kalih. Stresse boten amargi ninggale Arum (Anu,,maaf , Ibunya (Musaanah) kadang kadang agak kurang normal (stress). Tapi baru beberapa tahun belakangan ini, masa mudanya dulu belum. Lha wong anaknya saja dua.Stresnya bukan karena meninggalnya Arum),” ucap Ibu mertua Musaanah tersebut.

Sarene niku,nggih naliko putrine dibawa ke kubur. Kiyambake dereng purun wangsul. Tilem di kuburan, dipurugi garwone. Mbak Mus kok tidur di makam. Trus disuruh pulang. Pun dipesen gak usah tidur di kuburan. Habis ngaji pulang gak usah tidur di kuburan.” (Tidurnya di kuburan ya hanya itu, pas anaknya dimakamkan. Dia tidak mau pulang. Tidur di kuburan lalu dijemput suaminya. Sekarang sudah dipesan jangan tidur di kuburan, setelah mengaji langsung pulang saja)," kisah Nenek Badriyah.

Berita tentang Musaanah yang tidur di makam agaknya membuat keluarga sedikit terganggu, sehingga mengultimatum ibu korban agar berkunjung ke makam sesuai adat pada umumnya, jangan lagi tidur di makam.

Pernyataan Badriyah yang didukung oleh pihak keluarga menjadi sebuah titik terang bahwa depresi yang diderita oleh Musaanah, bukan akibat kematian putri sulungnya.

Pernyataan terkait kondisi Musaanah juga disampaikan oleh pihak Pemerintah Desa yang diwakili oleh Salafuddin, Sekretaris Desa Mlaten, Kecamatan MIjen, Demak.

Menurutnya, masyarakat sudah lama mengetahui kalau Musaanah memang mengalami gangguan mental meski belum sepenuhnya parah.

“Kadang masih bisa diajak komunikasi, tapi lama lama pembicaraan jadi tidak nyambung," ungkap Salafuddin.

Selanjutnya, dengan didampingi perangkat desa, Kompas.com berkunjung ke rumah Musaadah, ibu yang menghebohkan medsos atas aksinya tidur di makam.

Baca juga: Ingin Ziarah ke Makam Ulama, Maruf Amin Disambut Massa yang Berteriak Prabowo

Pandangan matanya memang kosong, tetapi diajak berbincang-bincang masih menjawab secara lancar meskipun kadang di tengah pembicaraan ia tertawa cekikikan dan kadang terlihat ekspresi geram.

Menurut cerita Musaanah yang dikroscek juga oleh keterangan perangkat yang mendampingi, dirinya memang belum bisa menerima kalau anaknya meninggal secepat itu.

Apalagi, kematiannya akibat tabrak lari. Ia ingin pelakunya segera ditemukan.

“Nyawa dibayar nyawa,” sungutnya dengan muka memerah dan suara geram.

Sambil sesekali tertawa, Musaanah menyatakan kalau dirinya bahkan tidak bisa menangisi kepergian anaknya. Jika tidur di makam, ia hanya menemani anaknya.

“Kadang, dari makam aku krungu (mendengar) Arum minta uang ‘Mak’e jaluk duite nggo jajan’ (Mak, minta uang untuk jajan)," desahnya.

Sebelum meninggalkan rumah duka, Musaanah sempat menambahkan dirinya ingin tetap tidur di makam anak kesayangannya. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com