Salah satu sektor yang paling memungkinkan di Indonesia untuk mengaplikasikan teknologi nano yang telah dikembangkannya adalah pada sektor kesehatan yang bahan bakunya bisa diambil dari kekayaan alam Indonesia.
Baca juga: Guru Besar Ilmu Komunikasi Unair Bermimpi Go-Jek Bisa Gantikan Whatsapp
“Industri kesehatan kita masih tergantung pada impor. Tinggi sekali dan sangat mahal. Saya pikir kita akan fokus ke industri sensor kesehatan karena kebutuhan sangat tinggi. Harapannya kita menjadi mandiri untuk bisa mendeteksi awal penyakit, baik itu glukosa, ataupun penyakit cancer dan penyakit lainnya,” imbuhnya.
Selain itu, pemanfaatan teknologi nano untuk mendeteksi gas berbahaya yang berhasil dikembangkannya bersama timnya di ITB juga sudah bisa memasuki tahap produksi apabila ada perusahaan teknologi dalam negeri yang tertarik mendanai.
“Teknologi nano sensor deteksi gas berbahaya bisa mendeteksi kebocoran di industri. Keduanya sedang mencapai tahap protitipe, karena tentu kami di universitas wilayahnya hanya sampai prototipe. Harapannya nanti kita bekerjasama dengan industri membuat dengan skala yang lebih banyak. Tentunya industri dalam negeri,” tandasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.