Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seniman Asal Bandung Sulap Limbah Kaca Jadi Alat Musik yang Mahal

Kompas.com - 06/03/2019, 11:39 WIB
Reni Susanti,
Farid Assifa

Tim Redaksi

Ia mengaku sengaja mengambil bahan baku botol kaca nan langka. Karena ia tidak ingin orang dengan mudah meniru karyanya.

Ia pun hanya membuat karya by order saat ini. Selain Indonesia, sejumlah negara tertarik dengan produknya, seperti Singapura. Untuk dalam negeri, proyek terakhir yang dikerjakan adalah pengerjaan dekor sebuah kafe di Surabaya.

Alat musik

Selain membuat hiasan interior, Pecunk membuat alat musik dari botol kaca. Tak tanggung-tanggung, ia melakukan riset hingga dua tahun, 2014-2015.

“Itu tugas akhir S2 saya di ISBI (Institut Seni Budaya Indonesia). Saya tidak mau pertunjukan musik yang biasa. Saya buat pertunjukan seni musik botol ‘Suara Limbah’,” tutur dosen Itenas ini menjelaskan.

Ia membuat belasan alat musik dari limbah botol kaca. Yakni karintol (karinding botol), scratchtol (scratcher botol), klintol (kiningan botol), shaktol (shaker botol), rintol (rintik botol), dan jurtol (jurig botol).

Kemudian bittol (cubit botol), tambotol (tamborin botol), gestol (gesek botol), dutol (udu botol), berimtol (berimbau botol), fujatol (fujara botol), gittol (gitar botol), dan basstol (bass botol).

Pertunjukan itu mengundang banyak perhatian. Pecunk mengatakan, bukan karena penciptaannya hebat, tapi unik.

“Saya sengaja ambil botol kaca bukan plastik, biar beda. Semua orang bisa potong botol platik, tapi motong botol kaca, jangankan meniru, memikirkannya pun orang sudah capek, karena susah,” tuturnya.

Baca juga: Pemprov Banten Sulap Kawasan Kumuh di Kabupaten Lebak Jadi RTH Mirip Kalijodo

Memotong botol kaca sangat bergantung dari sikap pemotongnya itu. Sebab memotong atau membolongi kaca butuh kesabaran yang ekstra. Ditekan sedikit rentan pecah.

“Kalau bolongin kayu, hitungan detik dah jadi. Kalau kaca, harus pelan-pelan, minimal 30 menit (per tindakan). Makanya ga terhitung berapa banyak yang pecah,” katanya.

Hal itulah yang membuat karyanya tak ternila harganya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com