Kondisinya juga terlalu terbuka sehingga terpapar matahari langsung. Memang ada tempat tempat berteduh di tengah kandang yang dibatasi pagar besi itu, tapi jauh mendekati habitat aslinya.
"Kandang itu tidak cukup enrichment untuk memungkinkan orangutan dapat berperilaku alami seperti mengayun di cabang pohon. Harusnya, jika tidak ada pohon asli di dalam kandang, pengelola bisa menyiasati dengan menyusun balok-balok kayu sedemikian rupa. Supaya orangutan tetap aktif dan tidak kehilangan sifat alamiahnya," kata Ketua Yayasan Orangutan Sumatera Lestari-Orangutan Information Centre (YOSL-OIC), Panut Hadisiswoyo melalui pesan singkat kepada Kompas.com, Rabu (20/2/2019).
Tak sampai di situ, soal jarak pagar yang dipisahkan dengan parit di dalam kandang pun tak lepas dari kritiknya. Menurut Panut, jaraknya terlalu dekat dengan pengunjung sehingga bisa diberi makan.
Bukan hanya makanan, benda-benda lain yang bisa membahayakan orangutan harusnya jadi pertimbangan.
Kandang yang ideal baginya tidak berpatokan pada ukuran yang luas. Yang paling penting adalah wahana pendukung karena orangutan merupakan satwa arboreal atau lebih banyak menghabiskan waktu di atas pepohonan.
"Bisa dibuat dari balok kayu bekas, ban bekas, atau selang pemadam kebakaran bekas. Jadi mereka tetap beraktivitas," tegas Panut.
Baca juga: Bayi Orangutan Lahir di Batam dan Dinamai Bintan
Kepala tim dokter Kebun Binatang Ragunan Syafri Edwar mengatakan, sebelum melakukan pertukaran satwa, pihaknya telah melakukan survei ke Medan Zoo. Hasilnya dinyatakan layak.
"Kandangnya nyaman, sudah hampir samakan dengan kandang di Ragunan. Tidak masalah, tidak ada pohon di dalam kandang karena sudah ada bangunan untuk berteduh," ucap Syafri.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.