Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menjaga Manisnya Kue Walangan dari Magetan Tetap Bertahan

Kompas.com - 14/02/2019, 23:50 WIB
Sukoco,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

“Kalau tidak dikasih air panas apinya tiba tiba kecil karena LPG nya membeku,” ucap Parmi.

Strategi bertahan di tengah harga bahan baku yang mahal

Selain ke Surabaya, penjualan kue tradisional walangan sarang sari juga merambah ke Bandung dan Jakarta. Pariyem pengrajin kue walangan dari dukuh Buket salah satu dukuh di Desa Bulugunung mengatakkan mampu mengirim 50 hingga 70 kardus atau sekitar 50.000 bungkus setiap dua pekan sekali ke Kota Bandung.

Pariyem lebih memilih mengemas kue dagangannya dengan bulatan agak kecil dan harga perbungkusnya lebih murah yaitu Rp 2.500.

“Kemasan Rp 2.500 perbungkus, ukurannya agak kecil untuk menyiasati pasar biar ada piihan harga,” ujarnya.

Baca juga: Serunya Mahampar Wadai, Festival Kue Tradisional Kotawaringin

Selain melayani permintaan pasar di Kota bandung, Pariyem juga membidik pasar lokal Kabupaten Magetan sendiri dengan membuat kemasan satu bungkus dengan harga Rp 1.000. Kemasan tersebut kebanyakan dijual oleh para pedagang sayur keliling.

Menawarkan berbagai ukuran dalam kemasan walangan carang sari miliknya menurut Pariyem juga merupakan salah satu cara untuk menyiasati harga bahan pokok pembuatan kue walangan yang terus meningkat .

Sejak enam bulan terakhir harga ubi tembus sampai Rp 4.000 dari harga biasanya yang hanya Rp 2.000. Selain ubi, harga minyak goreng yang juga ikut naik membuat pengrajin kue walangan carang sari mencari siasat agar tidak merugi.

“Mau kasih naik harga pembeli tidak mau, akhirnya harga tidak dinaikkan tapi ukurannya lebih kecil dan membuat kemasan dengan harga murah yang kita tawarkan,” ujar Pariyem.

Berbeda dengan Pariyem, Suliyah mengaku memilih resiko mengorbankan keuntungan untuk menjaga pembeli kue walangan miliknya tidak lari.

“Kalau harga ubi mahal sudah resiko, tetap bertahan meskipun kadang harus nombok. Kalau ada untung buat bayar pekerja saja sudah lebih dari cukup.” Katanya.

Suliyah berharap harga ubi yang melambung tinggi segera bisa kembali normal sehingga bisa kembali mengembalikan modal. Keberadan pengrajin kue tradisional walangan carang sari menurutnya juga bermanfaat bagi petani ubi untuk menjaga stabilitas harga ubi.

“Ya kalu mahal artinya untungnya bagi petani ubi. Kita untungnya kalau harga ubi sudah turun,” ucap Suliyah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com