Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fenomena La Nina, Dipole Mode, dan MJO, Tinggi Gelombang di Kepri Capai 5 Meter

Kompas.com - 21/01/2019, 16:12 WIB
Hadi Maulana,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi


TANJUNGPINANG, KOMPAS.com - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Mateorologi Tanjungpinang menyatakan, berdasarkan analisis dinamika atmosfer fenomena skala global, yakni La Nina, Dipole Mode, dan MJO, tidak terlalu signifikan mempengaruhi kondisi cuaca di wilayah laut Pulau Bintan yang terdiri dari Tanjungpinang dan Kabupaten Bintan.

Namun demikian, hal ini tetap perlu diwaspadai mengingat tidak menutup kemungkinan akan terjadi potensi angin kencang, khususnya di wilayah pesisir pantai selama satu minggu kedepan.

Prakirawan BMKG Statius Mateorologi Tanjungpinang Arditho B Putra mengatakan, selain berpotensi angin kencang khususnya di wilayah pesisir pantai selama satu minggu ke depan, fenomena ini juga bisa menimbulkan potensi gelombang tinggi mencapai 5 meter di utara Perairan Natuna dan Anambas, serta gelombang tinggi di perairan timur Bintan dan Lingga mencapai 2,5 meter selama satu minggu ke depan.

Baca juga: BMKG Peringatkan Ada Gelombang Tinggi hingga 6 Meter di Wilayah Ini

"Kami mengimbau agar masyarakat Kepri tetap waspada, khususnya untuk wilayah laut Pulau Bintan, Lingga, Natuna, dan Amanbas," kata Ardhito, Senin (21/1/2019).

Ardhito menuturkan, fenomena ini terjadi juga berdasarkan dari hasil analisa dinamika atmosfer Januari dasarian Ke-III, di mana dari hasil analisanya indeks ENSO berada dalam kategori El Nino lemah, dan terus menghangat stabil saat memasuki akhir bulan Januari 2019.

Begitu juga indeks Dipole Mode (DM), masih berada dalam kategori normal yang menandakan kurang berdampak untuk mempengaruhi kondisi cuaca di wilayah Indonesia bagian barat khususnya di wilayah Kepri.

"Sementara aktivitas MJO berada di dalam kuadran 8 (menandakan MJO dalam keadaan tidak aktif), sehingga kurang berdampak untuk mempengaruhi kondisi cuaca di wilayah Indonesia," ujar dia.

Sementara, Angin Baratan diprediksi masih mendominasi sebagian besar wilayah Indonesia.

Selain itu, belokan angin terdapat di sepanjang bagian utara ekuator dan Samudera Hindia perairan bagian selatan Indonesia.

"Wilayah pertemuan angin utara dan selatan terjadi sekitar wilayah ekuator bagian selatan, terdapat pola siklonik di bagian utara Kalimantan dan perairan utara Australia," terang dia.

Baca juga: Status Waspada, Tinggi Gelombang Natuna dan Anambas Masih 3 Meter

Suhu muka laut di wilayah Kepri, khususnya perairan Pulau Bintan, umumnya masih hangat berkisar antara 28-30 derajat celcius dan anomali SST berkisar -1 derat celcius hingga +1 derajat celcius, di mana cukup mendukung konvektifitas antara atmosfer dan lautan.

Begitu juga dengan faktor cuaca skala lokal, terdapat daerah belokan angin yang dapat menjadi pemicu pertumbuhan awan-awan konvektif penghasil hujan di wilayah Bintan maupun Tanjungpinang.

"Namun, angin lapisan atas yang cukup kencang dan kelembaban udara yang kurang basah sampai lapisan atas, menyebabkan awan-awan konvektif terurai dan terbawa angin," pungkas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com