Lika-liku
Perjalanan usaha Sambinah tak sepenuhnya mulus. Sejak merantau ke
Karawang pada 2013 lalu, ia jatuh bangun merintis usaha kerajinan eceng.
"Tahun 2013 saya ikut pelatihan yang diselenggarakan Dekranasda Kabupaten Karawang bersama HM Sampoerna," katanya.
Ia pun harus mencari pekerja yang ulet dan telaten lantaran tak semua proses ia bisa kerjakan sendiri. Sebab, menganyam eceng membutuhkan kejelian, kreativitas, juga ketelatenan.
"Tidak bisa dikerjakan sembarangan," katanya.
Sambinah juga tak enggan merangkul warga yang tak punya pekerjaan untuk membantunya menghasilkan produk eceng tersebut. "Daripada nongkrong atau menganggur mending saya rangkul, asal ulet," katanya.
Selain soal proses pembuatan kerajinan, Sambinah juga pernah mengalami kesulitan modal. Bahkan ia sempat "nyambi" berjualan kopi untuk menyambung kebutuhan hidup sehari-hari.
"Saya buka warung kopi di sini, di sebelah (galeri)," tandasnya.
Dengan uang seadanya, ia terus menekuni usaha kerajinan tangan itu. Ia mengaku belum berani meminjam ke bank lantaran produksi masih belum stabil.
"Kalau bantuan dana dari pemda (Karawang) belum ada. Paling pameran," katanya.
Akan tetapi, kata dia, kemudian mendaoat bantuan alat dari PT Pupuk Kujang melalui program kemitraan dan bina lingkungan (PKBL).
"Bantuannya berupa alat," katanya.