PANDEGLANG, KOMPAS.com - Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengungkapkan ada korban dalam peristiwa gelombang tinggi yang menyisir pantai di sekitar Pandeglang, Banten, pada Sabtu (22/12/2018) malam.
Pada Minggu (23/12/2018) ini, BNPB merilis data korban sebanyak 1 orang tewas dan 11 orang terluka.
"Korban luka dirawat di rumah sakit," ucap Sutopo seperti yang dia tuliskan dalam akun Twitter pribadinya, Minggu dini hari.
Sutopo meminta masyarakat untuk tetap tenang dan tidak terpancing isu yang menyesatkan.
"Tidak ada tsunami," kata dia.
Baca juga: UPDATE: Gelombang Tinggi di Pandeglang, 3 Tewas dan 21 Orang Terluka
Data sementara dampak gelombang pasang di Pantai Anyer Kab Pandeglang dan Lampung Selatan adalah 1 orang meninggal dunia dan 11 orang luka-luka. Korban luka dirawat di rumah sakit. Masyarakat dihimbau tenang. Tidak terpancing pada isu menyesatkan. Tidak ada tsunami. pic.twitter.com/0vJPQtMqip
— Sutopo Purwo Nugroho (@Sutopo_PN) December 22, 2018
BMKG sebut sebagai tsunami
Pernyataan BMKG dan BNPB soal tsunami di kawasan Banten ini berbeda. BMKG melalui awalnya menyatakan fenomena tersebut bukan tsunami melainkan gelombang tinggi. Namun, dalam siaran persnya, setelah melihat data dari empat stasiun pengamatan, BMKG menyebut gelombang tersebut termasuk tsunami.
Hasil pengamatan menunjukkan tinggi gelombang masing-masing 0.9 meter di Serang pada pukul 21.27 WIB, 0,35 meter di Banten pada pukul 21.33 WIB, 0,36 meter di Kota Agung pada pukul 21.35 WIB, dan 0,28 meter pada pukul 21.53 WIB di Pelabuhan Panjang.
Meski menyatakan tsunami, Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Rachmat Triyono menyatakan bahwa sebenarnya tidak ada aktivitas seismik di sekitar lokasi gelombang tinggi.
"Jadi masih belum jelas penyebabnya. Apakah mungkin karena aktivitas Krakatau? Kita belum tahu," katanya saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (22/12/2018).
Baca juga: BMKG Nyatakan Gelombang Tinggi di Serang sebagai Tsunami