Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peneliti ITB Temukan Fosil Gading Stegodon Berumur 1,5 Juta Tahun

Kompas.com - 11/12/2018, 13:53 WIB
Agie Permadi,
Khairina

Tim Redaksi

Kompas TV Fosil gading gajah purba berusia lebih dari 700 ribu tahun ditemukan warga di Ngawi, Jawa Timur. Memiliki panjang lebih dari 120 sentimeter fosil yang ditemukan saat penggalian saluran diduga bagian dari gajah purba jenis Stegodon. Tepat di permukiman padat penduduk desa Plang Lor, kecamatan Kedunggalar, Ngawi, Jawa Timur kembali ditemukan fosil gading gajah oleh warga saat menggali saluran tangki septik untuk mushala. Temuan yang semula dikira potongan kayu ini pun langsung dilaporkan warga ke pihak Museum Purbakala Trinil Selasa (27/11/2018) lalu. Sepanjang lebih dari 120 sentimeter fosil ini diperkirakan bagian dari gajah purba jenis Stegodon yang hidup sekitar 700 ribu tahun lalu. Sebelumnya fosil gajah purba Stegodon ini pun banyak ditemukan di sepanjang Sungai Sangiran, Ngawi termasuk 2 evolusi gajah purba lainnya yaitu jenis Mastodon dan Elephas.


Kesulitan proses ekskavasi

Saat proses ekskavasi fosil, dibutuhkan ketekunan dan ketelitian, sebab fosil berada pada batuan pejal dan keras.

Di samping itu, cuaca pun menjadi salah satu kendala, sebab saat ekskavasi turun hujan, bahkan banjir bandang pun sempat terjadi sehingga lokasi galian fosil terendam banjir.

Akibatnya, fosil menjadi rapuh, begitu juga batu lempung menjadi tambah liat sehingga menyulitkan ekskavasi pengambilan fosil. Sehingga, ekskavasi pun terpaksa dihentikan sementara hingga air surut.

Setelah seharian ekskavasi, akhirnya fosil gading stegodon dapat diangkat, tetapi dalam keadaan lapuk dan rapuh sehingga hancur terfragmentasi.

Semua hancuran fosil tersebut dibawa ke Lab. Paleontologi ITB, lalu dibawa ke Museum Geologi Bandung untuk restorasi dan rekonstruksi.

Baca juga: Kurangi Kendaraan Berbahan Bakar Fosil, UI Akan Gunakan Bus Listrik

Nur Rochim selaku teknisi tim mengatakan, teknik pengambilan gading di lapangan sangat sulit karena jarak dari jalan raya ke lokasi jauh, sehingga sulit diangkat menggunakan alat besar dan alat berat. Oleh karena itu gading diangkat menggunakan tenaga lokal secara manual.

"Adapun pengambilan sangat sulit karena pada saat itu cuaca sedang tidak bersahabat, hujan deras, di sini pun (fosil) banyak yang tidak bisa keangkat secara utuh," ujarnya.

Dijelaskan, ada teknik khusus yang dilakukan. Sebelum diangkat, gading ini dicetak terlebih dahulu memakai gypsum, ditempel pakai serat-serat kain halus agar terdapat cetakan. Cetakan tersebut akan sangat berfungsi apabila gading ini tidak didapat secara utuh.

"Jadi tidak sembarang diangkat," katanya.

Karena ini gading yang ditemukan sepasang, kemungkinan masih ada fosil lain di bawah gading tersebut.

Untuk mengeluarkan fosil lain itu, diakui Dr. Yan Rizal sebagai dosen dan anggota tim, perlu dana tak sedikit. Temuan ini sangat penting untuk melihat fosil utuh stegodon dan untuk penelitian lanjutan.

Selama ekskavasi di lapangan, transportasi fosil ke Bandung dan rekonstruksi/restorasi dilakukan oleh para ahli dari Museum Geologi – Badan Geologi Bandung yang juga dapat terlaksana atas bantuan finansial dari LAPI ITB. Kini fosil tersebut dipajang di lobi Prodi Teknik Geologi ITB.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com