Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Fakta Menarik Kunjungan Jokowi di Solo, Resmikan Tol hingga Penjelasan tentang Industri Tiongkok di Indonesia

Kompas.com - 29/11/2018, 17:41 WIB
Michael Hangga Wismabrata,
Khairina

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Fakta seputar kunjungan kerja Presiden Jokowi di Jawa Tengah, menarik untuk disimak. Salah satunya penjelasan Jokowi tentang kondisi perang dagang yang pernah terjun ke dunia bisnis ekspor hingga alasan menjadi Presiden.

Selain itu, Presiden Jokowi juga meresmikan Tol Solo-Ngawi yang diharapkan memangkas waktu Solo ke Ngawi hingga 50 persen. Jokowi juga berharap keberadaan tol tersebut dapat menghubungkan wilayah-wilayah di sekitarnya.

Berikut fakta lengkap kunjungan Jokowi di Solo. 

1. Jokowi resmikan Tol Solo-Ngawi

Presiden Jokowi meresmikan Jalan Tolo Solo-Ngawi segmen Sragen-Ngawi di Rest Area KM 538 Jalan Tol Sragen-Ngawi Desa Ngrampal, Sragen, Jawa Tengah, Rabu (28/11/2018).KOMPAS.com/LABIB ZAMANI Presiden Jokowi meresmikan Jalan Tolo Solo-Ngawi segmen Sragen-Ngawi di Rest Area KM 538 Jalan Tol Sragen-Ngawi Desa Ngrampal, Sragen, Jawa Tengah, Rabu (28/11/2018).

Pada hari Rabu (28/11/2018), Presiden Joko Widodo ( Jokowi) meresmikan Jalan Tol Solo- Ngawi segmen Sragen-Ngawi sepanjang 51 kilometer di Rest Area KM 538 Jalan Tol Sragen-Ngawi Desa Ngrampal, Sragen, Jawa Tengah, Rabu (28/11/2018).

"Dengan mengucap Bismillahirrohmaanirrohim, pagi hari ini saya resmikan segmen Sragen-Ngawi sepanjang 51 kilometer," kata Presiden Jokowi sambil menekan tombol sirine peresmian didampingi Mensesneg, Menteri BUMN, Wakil Gubernur Jateng dan Direktur Jenderal Bina Marga Sugiyartanto, Rabu.

Dengan diresmikan Jalan Tol Solo-Ngawi segmen Sragen-Ngawi, sambung Presiden, maka tidak lama lagi Jalan Tol Jakarta-Surabaya di akhir tahun ini akan tersambung.

"Sebentar lagi dari Jakarta-Surabaya di akhir tahun ini Insya Allah sudah sambung semuanya," tambahnya.

Jokowi berharap, jalan Tol Solo-Ngawi akan meningkatkan konektivitas beberapa daerah terutama Kabupaten Boyolali, Kota Surakarta, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sragen di Jawa Tengah, dan Kabupaten Ngawi di Jawa Timur.

Jalan Tol Solo-Ngawi merupakan bagian dari jaringan Jalan Tol Trans Jawa yang tergabung dalam Proyek Strategis Nasional (PSN).

Baca Juga: Dengan Basmalah, Jokowi Resmikan Ruas Tol Sragen-Ngawi

2. Pengalaman Jokowi menjadi eksportir hingga presiden

Presiden Joko Widodo saat memberikan sambutan pada acara Pertemuan Tahunan Bank Indonesia di Jakarta Convention Centre (JCC) Senayan, Jakarta, Selasa (27/11/2018)Kompas.com/Mutia Fauzia Presiden Joko Widodo saat memberikan sambutan pada acara Pertemuan Tahunan Bank Indonesia di Jakarta Convention Centre (JCC) Senayan, Jakarta, Selasa (27/11/2018)

"Suatu saat saya melihat peluang di pasar luar negeri. Saya masih ingat betul tantangan ekspor saat awal. Mungkin kalau saya dulu tidak ekspor mungkin tidak jadi presiden," kata Presiden Jokowi saat menutup Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia 2018 di Hotel Alila Solo, Rabu (28/11/2018).

Seperti diketahui, sebelum terjun ke dunia politik, Jokowi dikenal sebagai pengusaha sukses furnitur di Solo.

Dari pengalamannya itu, Jokowi meminta pengusaha dan UKM menelusuri peluang ekspor. Apalagi, ekspor penting dari sisi makro ekonomi menghasilkan devisa yang jelas dan menjaga neraca perdagangan agar transaksi menjadi baik.

Berdasarkan hasil penelitian lembaga riset bisnis di Inggris dan Kanada menyebutkan, UKM yang ekspor akan lebih produktif daripada UKM yang tidak ekspor.

"UKM ekspor penghasilan tinggi, bisnisnya lebih inovatif dan bayar gaji tinggi untuk karyawan. Jadi kalau bicara tingkatkan daya saing nasional dan mengurangi ketimpangan, maka harus dorong UKM dan pengusaha untuk ekspor," ungkap Jokowi.

Jokowi juga belajar dua hal yang penting. Pertama, bagaimana caranya untuk ekspor dan kedua belajar melalui ekspor.

"Dalam mengembangkan ekspor pasti pengusaha banyak belajar, dan ini saya alami sendiri. UKM akan mengembangkan kemampuannya untuk ekspor, maka semakin banyak yang harus dipelajari dan keahlian yang diserap. Bisa melalui membandingkan produk saingannya di internasional," kata Jokowi.

Baca Juga: Cerita Jokowi Sukses dari Ekspor hingga Akhirnya Jadi Presiden

3. Tipe pemimpin masa depan menurut Presiden Jokowi

Calon presiden nomor urut 01 Joko Widodo melantik jajaran pengurus Tim Kampanye Daerah (TKD) Jokowi-Maruf Sumsel, di The Sultan Conventional Center, Palembang, Minggu (25/11/2018). KOMPAS.com/Ihsanuddin Calon presiden nomor urut 01 Joko Widodo melantik jajaran pengurus Tim Kampanye Daerah (TKD) Jokowi-Maruf Sumsel, di The Sultan Conventional Center, Palembang, Minggu (25/11/2018).

Saat di Kota Solo, Presiden Jokowi juga membeberkan tipe pemimpin yang mampu menghadapi revolusi industri 4.0 saat menutup Rapimnas Kadin 2018 di Solo, Rabu (28/11/2018).

Jokowi mengatakan, revolusi 4.0 menuntut perubahan kualitas sumber daya manusia (SDM) agar tidak membahayakan negara.

"Revolusi industri 4.0 membawa perubahan yang sangat radikal dan memporak-porandakan standar yang sudah ada. Kalau tidak siapkan SDM sangat berbahaya bagi sebuah negara," ungkap Jokowi.

Jokowi menyebut, menghadapi revolusi industri 4.0 harus diikuti pembangunan SDM yang besar-besaran dan tidak boleh nanggung. Untuk itu, pertama dibutuhkan pemimpin yang open minded.

"Kita butuh pemimpin yang open mind, pemimpin terbuka dari paling bawah seperti kepala desa, camat, tingkat kota, nasional hingga di tingkat perusahaan," jelas Jokowi.

Selain itu, pemimpin harus memiliki tipe terbuka terhadap keterdugaan, pemimpin yang bereaksi cepat terhadap perubahan yang ada. Lalu, pemimpin yag berorientasi pada hasil.

Baca Juga: Tipe Pemimpin yang Mampu Hadapi Revolusi Industri 4.0 Menurut Jokowi

4. Kata Jokowi tentang peraturan daerah

Presiden Joko Widodo meresmikan ruas Tol Sragen-Ngawi yang merupakan bagian dari Jalan Tol Solo-Ngawi, Rabu (28/11/2018).Rosiana Haryanti/Kompas.com Presiden Joko Widodo meresmikan ruas Tol Sragen-Ngawi yang merupakan bagian dari Jalan Tol Solo-Ngawi, Rabu (28/11/2018).

Presiden Joko Widodo menyatakan, pemerintah di daerah tidak memerlukan perda yang banyak. Makin banyak jumlah peraturan daerah (perda) akan menambah pusing.

"Daerah tidak perlu perda banyak-banyak. Nambahi pusing. Regulasi di tingkat pusat undang-undang, enggak usah terlalu banyak juga," kata Presiden Jokowi di Hotel Alila Solo, Rabu (28/11/2018).

Tidak perlunya banyak aturan, kata Jokowi, lantaran ia membaca dan melihat sekarang ini perusahaan ke depan adalah yang tanpa peraturan. Hal yang sama juga terjadi pada negara.

"Negara juga sama. Negara konstitusi kita ada tetapi aturan jangan banyak-banyak. Ruwet sendiri tidak bisa merespons perubahan. Ruwet sendiri tidak bisa memutuskan secara cepat. Ke depan negara pun akan seperti itu," ujar Jokowi.

Baca Juga: Presiden Jokowi: Daerah Tak Perlu Banyak Perda, Tambah Pusing

5. Jokowi jelaskan tentang perang dagang China vs Amerika

Presiden Joko Widodo (tengah) didampingi Menristek Dikti Mohamad Nasir (kiri) dan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Laksana Tri Handoko (kanan) membuka Indonesia Science Expo di Tangerang, Banten, Kamis (1/11/2018). Presiden mengapresiasi riset dari peneliti muda dan mendorong terobosan baru dari ilmu pengetahuan teknologi dan inovasi. ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari/wsj.
PUSPA PERWITASARI Presiden Joko Widodo (tengah) didampingi Menristek Dikti Mohamad Nasir (kiri) dan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Laksana Tri Handoko (kanan) membuka Indonesia Science Expo di Tangerang, Banten, Kamis (1/11/2018). Presiden mengapresiasi riset dari peneliti muda dan mendorong terobosan baru dari ilmu pengetahuan teknologi dan inovasi. ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari/wsj.

Menurut Jokowi, perang dagang antara Amerika Serikat dan China memiliki dampak positif bagi Indonesia. Saat ini, banyak pabrik di Tiongkok yang berminat masuk Indonesia.

"Dalam suasana perang dagang seperti ini di situlah terbuka peluang besar. Saya sudah mendapatkan masukan dari ketua Kadin dan HIPMI bahwa banyak minat pabrik industri yang ada di Tiongkok masuk ke Indonesia," kata Presiden Jokowi.

Menurut Jokowi, banyaknya industri asal China yang masuk ke Indonesia karena naiknya tarif pasaran di AS. Kondisi itu menjadikan industri asal China menghindari hantaman tarif impor yang tinggi dari mitra perang dagangnya.

Bagi Jokowi, hal ini menjadi peluang bahwa industri asal China yang masuk ke Indonesia harus diambil untuk dijadikan mitra kerja. Tak hanya itu, dampak perang dagang AS dan China menjadikan peluang ekspor ke negara tirai bambu makin besar.

"Kesempatan ini yang harus diambil untuk dijadikan partner untuk jadikan rekan kerja dan peluang perluas ekspor," kata Jokowi.

Baca Juga: Jokowi Sebutkan Alasan Banyak Industri Tiongkok Masuk Indonesia

Sumber: KOMPAS.com (Muhlis Al Alawi)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com