Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Musim Hujan, 50 Desa di Kulon Progo Rawan Bencana

Kompas.com - 19/11/2018, 21:59 WIB
Dani Julius Zebua,
Khairina

Tim Redaksi

KULON PROGO, KOMPAS.com –Sedikitnya 50 desa di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta rawan bencana pada musim hujan ini.

Setidaknya kerawanan terjadi pada 20-an desa di dataran tinggi Bukit Menoreh dan 30-an desa di dataran rendah dekat muara sungai.

Kontur wilayah Kulon Progo terdiri dari perbukitan dan daerah rendah menuju ke pantai sebelah selatan Yogyakarta. Pada setiap musim hujan, bencana selalu mengintip wilayah ini.

Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kulon Progo, Hepi Eko Nugroho mengatakan, 21 desa di perbukitan Menoreh bersiap menghadapi bencana tanah longsor. Desa-desa itu berada di Kecamatan Samigaluh, Kalibawang, Girimulyo, Kokap, dan Pengasih.

Masyarakat, pemerintah desa, dan TNI-Polri menurutnya sudah mulai siaga.

Desa juga menghidupkan program Desa Tangguh Bencana, yakni kerja sama semua pihak desa untuk mampu secara mandiri menghadapi potensi ancaman bencana dan mampu memulihkan diri dengan cepat bila bencana melanda.

Tim mitigasi yang diambil dari warga juga terus memberi informasi seputar ancaman. BPBD bahkan juga telah memasang 87 early warning system (EWS) di seluruh potensi longsor yang mengancam desa.

“Semua dalam kondisi berfungsi. Sebanyak 8 yang masih dalam perbaikan. EWS akan berfungsi ketika ada retakan. Semua untuk antisipasi bencana demi menyelamatkan warga,” kata Hepi via telepon, Senin (19/11/2018).

Baca juga: Gagap terhadap Bencana di Negara Kepulauan Terbesar di Dunia

Kulon Progo memang daerah dengan ancaman bencana yang tidak sedikit. Kekeringan sering melanda daerah ini di musim kemarau. Bahkan, 21 desa di perbukitan ini sampai kesulitan air bersih dan mendapat dropping air.

Musim hujan datang, kata Hepi, tanah di perbukitan yang teksturnya batu padas tentu tidak begitu saja mampu menampung hujan.

“Jadi bisa longsor,” ujar Hepi.

Pasalnya, di musim hujan lalu ada lebih dari 50 titik longsor terjadi. Longsor bahkan sampai menelan 3 korban jiwa.

Desa Pendoworejo di Kecamatan Girimulyo salah satu daerah dengan ancaman longsor itu. Desa ini terdiri dari 17 dusun dengan 60 persen wilayahnya berupa kemiringan dan pegunungan.

Kepala Desa Pendoworejo Budiman mengatakan, lebih dari 40 persen dari kontur perbukitan itu rawan longsor. Pasalnya, banyak kebun warga yang tadinya ditumbuhi pohon keras, seperti jati dan sengon, kini sudah gundul karena ditebangi.

Itulah mengapa tanah di kemiringan sering longsor ketika hujan. Di musim hujan sebelumnya bahkan terdapat 15 titik longsor.

“Bencana longsor sudah pernah menelan 2 korban jiwa di desa ini,” kata Budiman.

Banjir Muara

Kulon Progo juga tengah bersiap menghadapi bencana di sekitar muara sungai. Kabupaten ini melintas 3 sungai besar, Progo, Bogowonto, dan Sein. Aliran sungai besar itu bermuara di laut Selatan.

Hepi mengatakan kabupaten ini memiliki pengalaman banjir di tiap musim hujan. Lebih dari 30 desa di 5 kecamatan yakni Temon, Wates, Lendah, Panjatan, dan Galur rawan banjir.

“Tapi banjir berupa genangan,” kata Hepi.

Baca juga: Jabar Siaga Bencana, Ridwan Kamil Lantik Kepala BPBD Jabar Jadi Pj Bupati Cirebon

Hal ini terjadi karena sedimentasi di sekitar muara maupun penyempitan badan di anak sungai dari sungai-sungai besar itu. Air bisa meluap dan menggenang di desa-desa sekitarnya bila hujan datang dengan curah yang tinggi.

Hepi mengungkapkan, pihaknya sebenarnya masih optimistis banjir bisa berkurang di tahun ini. Sebab, pemerintah melalui Balai Besar Wilayah Serayu-Opak (BBWSO) menormalisasi sungai sejak tahun lalu. Ia meyakini, lebih 60 persen daerah muara sudah mulai mengalami normalisasi.

 

Kompas TV Data dari satuan tugas pemulihan bencana PUPR Sulawesi Tengah mencatat 49 titik yang akan dibangunkan hunian sementara bagi korban bencana di Kota Palu, Donggala dan Sigi. Dari proses pengukuran sekitar 616 huntara akan dibangun. Ketua Satuan Tugas Pemulihan Bencana PUPRdi Palu, Arie Setiadi mengatakan pihaknya ditargetkan untuk menyelesaikan pembangunan huntara hingga akhir masa transisi darurat 25 Desember 2018 nanti dan korban bencana gempa bumi bisa segera tinggal di hunian ini. Sementara Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah juga tengah menyiapkan keperluan fasilitas di dalam hunian sementara dan warga bisa segera mendapatkan tempat tinggal.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com