KOMPAS.com - Benarkah warga di Kota Bandung mengalami krisis air besih?
Akhir-akhir ini santer tersiar kabar, warga di Jalan Industri terpaksa mengantre untuk mendapatkan jatah air bersih gratis.
Berdasarkan keterangan warga, kondisi tersebut sudah terjadi sejak Ramadhan 2018.
Jika tak ingin mengantre, warga terpaksa membeli Rp 1.000 untuk satu jeriken.
Bagaimana sesungguhnya nasib warga Bandung yang kekurangan air bersih?
Berikut 3 faktanya:
Direktur Utama PDAM Tirtawening, Sonny Salimi, mengatakan, PDAM bukan pembuat air, tapi pengelola dan pendistribusian.
Oleh karena itu, jika tidak ada air yang diolah, ia meminta untuk tidak menyalahkan PDAM, melainkan harus berdoa agar turun hujan.
"Krisis air saat ini bukan terparah, tetapi sama dengan tahun 2015. Krisis air berlangsung sampai akhir Desember. Tapi mudah-mudahan tahun ini tidak terjadi," ujar Sonny seperti dikutip dari Tribun Jabar.
Menurut Sonny, 28 titik sumur artesis yang dimiliki PDAM kondisinya sebagian besar sudah mati.
Hanya beberapa yang masih aktif, dengan debit air terus menurun. Hal ini membuat pasokan air bersih kepada warga menjadi terhambat.
Baca Juga: Sulitnya Mendapat Air Bersih di Kota Bandung...
Warga Jalan Industri, Vani Putri Maulana (32), menjelaskan kondisi di kampungnya yang kesulitan mendapatkan air bersih.
"Di sini biasa pakai air sumur yang dikelola PDAM tapi sekarang kering. Jadi kalau nggak ada bantuan kami beli Rp 1.000 satu jeriken," ujar Vani saat antre air gratis yang diberikan PDAM Tirtawening di Gang Hanura, Kelurahan Husen, Kamis (11/10/2018).