Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahli Kebencanaan Minta Semua Pihak Belajar dari Gempa dan Tsunami Palu

Kompas.com - 30/09/2018, 17:58 WIB
Fitri Rachmawati,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

MATARAM, KOMPAS.com - Ahli kebencanaan Eko Teguh Paripurno menilai, tidak ada kesiapsiagaan masyarakat dan pemerintah dalam menghadapi gempa dan tsunami yang terjadi di Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah.

Bencana gempa dan tsunami terjadi di Palu dan Donggala pada Jumat (28/9/2018), dengan kekuatan gempa 7,4 magnitudo.

Tak lama setelah gempa, terjadi tsunami yang meluluhlantakkan Palu. Menurut catatan BNPB, Minggu (30/9/2018) siang, ada 832 orang yang menjadi korban meninggal dunia dalam peristiwa ini.

“Belajar dari gempa 7,4 skala richter dan tsunami yang menyapu Donggala dan Palu, menunjukkan ketidaksiapsiagaan masyarakat dan pemerintah di Sulawesi Tengah, menghadapi gempa dan tsunami. Meskipun sejarahnya di lokasi itu telah beberapa kali terjadi tsunami. Hanya saja rencana penyelamatan dini sama sekali tidak terlihat atas kejadian di Palu dan Donggala,” kata Eko Teguh, Minggu, saat dijumpai di sela pelatihan Fasilitator Desa Tanggap Bencana (Destana), di Taman Budaya Mataram.

Baca juga: BNPB Sebut Buoy untuk Deteksi Tsunami Banyak yang Rusak

Menurut dia, jika ada kesiapsiagaan, maka tata ruang sudah dipersiapkan, demikian pula dengan upaya mitigasi.

"Riset-riset tentang gempa dan tsunami itu banyak, baik di Palu maupun di Mataram. Itu sudah jadi bahan penelitian, yang perlu ditarik adalah menjadi sebuah kebijakan. Kebijakan tata ruang, kebijakan pembangunan, sampai kebijakan untuk kesiapsiagaan” jelas Eko.

Eko menilai, penelitian-penelitian itu bisa dijadikan pijakan untuk menyusun rencana kontijensi, serta antisipasi para pihak jika terjadi tsunami.

Baca juga: Alasan Pemerintah Tak Tetapkan Gempa-Tsunami Palu sebagai Bencana Nasional

“Tahun 2012 itu nampaknya juga sudah disusun. Hanya saja belum jadi Peraturan Bupati (Perbup) atau Peraturan Wali kota (Perwal). Tetapi pembelajaran itu sudah ada, dokumen itu sudah ada, yang belum diujikan dan belum dilakukan," kata Eko.

Ia menambahkan, saat terjadi tsunami, masyarakat memiliki waktu 20 menit untuk menyelamatkan diri atau mengevakuasi diri sendiri.

Misalnya, dengan memilih naik ke ketinggian karena kemampuan mengevakuasi diri sendiri adalah investasi untuk memastikan keselamatan diri.

.

.

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: #PrayForPalu #PrayForDonggala

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com