Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anak-anak Rumah Pelangi, Menangis hingga Rela Kayuh Sepeda 4 Km demi Bisa Baca Buku (2)

Kompas.com - 27/09/2018, 22:56 WIB
Hamzah Arfah,
Caroline Damanik

Tim Redaksi

GRESIK, KOMPAS.com – Nency Septriyana (40) bersyukur bahwa perjuangannya membangun Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Rumah Pelangi perlahan membuahkan hasil.

Setidaknya, hal itu bisa dilihat dari animo warga yang terus bersemangat dalam berkunjung ke rumah pelangi.

Kini pengunjungnya tidak hanya dari warga sekitar taman baca di Jalan KH Syafi’i No 80, Desa Suci, Kecamatan Manyar, Gresik, Jawa Timur, namun juga warga dari desa lain yang menyempatkan datang untuk membaca di taman baca yang kini sudah menjadi perpustakaan desa tersebut.

Baca juga: Perjuangan Rumah Pelangi, Ubah Mindset Buku Tak Relevan di Zaman Internet (1)

Salah satu pengunjung tetap itu adalah, Angga Ramadhan. Bocah yang mengaku duduk di kelas lima SD ini, bahkan tidak menghiraukan jarak yang harus ditempuh dari tempat tinggalnya di Desa Manyar, untuk bisa membaca buku kegemaraannya di rumah pelangi, yang berjarak kurang-lebih sekitar 4 kilometer.

“Biasanya kalau ke sini itu saat libur sekolah. Naik sepeda (pancal), kadang sendiri, kadang juga sama teman kalau pas dia minat. Nggak apa-apa jauh, sebab di sini saya bisa baca buku kesukaan dan ketemu banyak teman,” ujar Angga saat ditemui di sela aktivitasnya mengunjungi rumah pelangi, Jumat (17/8/2018).

“Memang sempat membuat orangtua khawatir pertama kalinya karena saya naik sepeda ke sini itu kan kadang bersimpangan dengan mobil atau sepeda motor di jalan raya. Tapi setelah saya bilang enggak apa-apa dan saya akan berhati-hati, akhirnya sekarang orangtua sudah tidak lagi khawatir dan justru mendukung,” ucap dia.

Anak-anak membaca di Taman Bacaan Masyarakat Rumah Pelangi di Desa Suci, Kecamatan Manyar, Gresik, Jawa Timur.KOMPAS.com/HAMZAH ARFAH Anak-anak membaca di Taman Bacaan Masyarakat Rumah Pelangi di Desa Suci, Kecamatan Manyar, Gresik, Jawa Timur.

Kebetulan pada saat ditemui, Angga bersama dengan Muhammad Safiudin yang sama-sama berasal dari Desa Manyar. Safi, panggilan akrab Muhammad Safiudin, mengaku tertarik datang berkunjung ke Rumah Pelangi setelah mendapat ajakan dan cerita dari Angga.

“Dapat cerita dari Angga. Dan memang benar, di sini banyak buku yang bisa dibaca secara gratis, bagus-bagus lagi bukunya. Ada juga buku cerita, yang tidak pernah saya jumpai di perpustakaan sekolah,” kata Safi yang mengaku masih duduk di bangku kelas empat SD.

Baca juga: Jelajah Literasi, Antologi Kisah 20 Taman Baca Penggerak Mimpi Anak-anak

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Arina Fitri, yang saat ini duduk di bangku kelas enam Madrasah Ibtidaiyah (MI) Mambaus Sholihin. Berbeda dengan Angga dan Safi, Arina merupakan warga Desa Suci sendiri.

“Kepengennya sih setiap hari ke sini, tapi kan harus sekolah. Jadi kalau nggak libur, ya baru bisanya ke sini setiap akhir pekan. Untung saja, saat hari Minggu dan sekolah libur, Rumah Pelangi tetap buka,” tutur Arina.

Tidak berbeda dengan Arina, Alviana Rohmana Putri atau yang akrab disapa Putri menyatakan, senang berkunjung ke rumah pelangi lantaran menyediakan beberapa buku cerita tentang anak-anak yang selalu membuatnya ‘merasa belum puas.

“Sayangnya saya kan juga harus sekolah, makanya hanya bisa ke sini kalau pas libur saja. Padahal banyak buku cerita yang ingin saya baca,” kata Putri.

Untuk setiap hari aktif, pada Senin hingga Jumat, Rumah Pelangi dibuka mulai pukul 09.00 WIB hingga 15.00 WIB. Khusus pada Sabtu dan Minggu, dibuka hanya mulai pukul 09.00 WIB hingga 12.00 WIB.

“Sebenarnya saya sih kepengen saat weekend itu tetap jamnya (waktu). Tapi kalau Minggu pagi sebelum buka Rumah Pelangi itu, saya dan rekan-rekan biasanya moving dulu ke beberapa tempat keramaian sambil bawa buku buat agenda taman baca dadakan. Makanya kalau sudah sore sedikit capek, sekaligus meluangkan sedikit waktu untuk keluarga juga,” ungkap Nency.

Anak-anak membaca di Taman Bacaan Masyarakat Rumah Pelangi di Desa Suci, Kecamatan Manyar, Gresik, Jawa Timur.KOMPAS.com/HAMZAH ARFAH Anak-anak membaca di Taman Bacaan Masyarakat Rumah Pelangi di Desa Suci, Kecamatan Manyar, Gresik, Jawa Timur.
Bawa dampak positif

Lambat-laun warga Desa Suci, Kecamatan Manyar, Gresik, akhirnya mulai merasakan dampak positif dari adanya Taman Bacaan Masyarakat (TBM) rumah pelangi. Dengan salah satunya, anak-anak mereka kini mulai ‘kecanduan’ untuk membaca maupun mengunjungi rumah pelangi, serta pelan-pelan mulai bisa meninggalkan kebiasaan bermain gadget.

“Ini tadi sempat merengek dan menangis karena minta ke sini tapi saya belum selesai memasak. Akhirnya begitu selesai masak saya bawa ke sini, dan langsung terlihat senang. Dia langsung baca-baca dan ketemu sama teman-temannya,” tutur Jannah (38), salah seorang warga Desa Suci yang sedang mengantar anaknya yang masih duduk di bangku kelas satu SD.

Jannah pun mengaku senang karena anaknya yang dulunya sempat malas membaca dan lebih tertarik pada mainan gadget, kini senang dan minta selalu diantar ke Rumah Pelangi untuk membaca buku tentang cerita anak-anak.

“Kadang habis sekolah itu setelah ganti baju minta langsung diantar ke sini. Walau repot, tetap saya usahakan untuk mengantarnya karena di sini dia terlihat ceria dan suka membaca ketimbang di rumah mainan handphone,” tuturnya.

Pembelajaran bahasa Inggris oleh staf pengajar dari ILC kepada anak-anak pengunjung Taman Bacaan Masyarakat Rumah Pelangi di Desa Suci, Kecamatan Manyar, Gresik, Jawa Timur.
KOMPAS.com/HAMZAH ARFAH Pembelajaran bahasa Inggris oleh staf pengajar dari ILC kepada anak-anak pengunjung Taman Bacaan Masyarakat Rumah Pelangi di Desa Suci, Kecamatan Manyar, Gresik, Jawa Timur.

Jannah mengaku, lebih baik dirinya yang menunda pekerjaan rumah sebagai ibu rumah tangga untuk sesaat ketimbang membiarkan si anak semata wayangnya bermain ponsel di rumah. Dia menuturkan, setiap kali setelah lama bermain ponsel, buah hatinya kerap uring-uringan.

“Kalau di sini kan enak, begitu pulang dia biasa cerita ke teman-temannya di kampung mengenai buku yang baru dibacanya di sini saat main pada sore hari,” tutup Jannah.

Senada dengan Jannah, Siti (47) yang juga warga di sekitar Rumah Pelangi mengaku, senang anaknya yang saat ini duduk di bangku kelas lima MI Mambaus Sholihin biasa bermain di Rumah Pelangi.

“Kan di rumah pelangi juga banyak kegiatan positif bagi anak-anak, biar mereka bergaul juga ketemu sama teman-temannya. Saat dia di rumah, dia juga sering cerita bila di rumah pelangi juga diajari bahasa inggris dan beberapa ilmu lain yang bermanfaat. Jadi tidak sekedar membaca saja,” kata Siti.

Anak-anak membaca di Taman Bacaan Masyarakat Rumah Pelangi di Desa Suci, Kecamatan Manyar, Gresik, Jawa Timur.KOMPAS.com/HAMZAH ARFAH Anak-anak membaca di Taman Bacaan Masyarakat Rumah Pelangi di Desa Suci, Kecamatan Manyar, Gresik, Jawa Timur.
Berlipat ganda

Tidak sekedar mengandalkan bangunan yang terletak di Jalan KH Syafi’i No 80, Rumah Pelangi juga mulai melebarkan sayap dengan ‘menginvasi’ rukun warga (RW) di desa setempat.

Mulai tahun 2016, Rumah Pelangi melakukan pendekatan langsung kepada warga setempat, dengan cara menginisiasi taman baca dengan konsep menarik dan inovatif di setiap RW yang ada di Desa Suci.

“Kami tidak hanya fokus mengembangkan rumah pelangi saja, namun juga coba membangkitkan perpustakaan di setiap RW. Ini coba kami lakukan secara bertahap, dengan sekitar enam RW mulai berjalan baik, dengan lainnya terus dalam proses pengelolaan menuju baik,” kata Nency.

Sejalan dengan dukungan pemerintahan Desa Suci, Nency dengan para relawan yang ada di rumah pelangi mencoba melakukan itu dalam program ‘Satu RW, Satu Taman Baca' dengan konsep berbeda sesuai dengan keinginan warga.

“Ada yang berkonsep daur ulang dan sebagainya. Mereka menata buku sehingga menarik. Tidak harus ruangan yang besar, ruang terbuka juga nggak masalah asal bisa untuk membaca sambil mampir beristirahat,” tuturnya.

Hanya saja, setiap mengawali tentu saja tidak akan berjalan mudah. Butuh kerja keras dan pengorbanan, seperti yang sudah sempat dia dan beberapa rekan-rekannya alami saat pertama kali mendirikan Rumah Pelangi.

“Untuk kendala dalam program ini, sama seperti sebelumnya masalah klasik. Kalau enggak sumber daya manusia (SDM), ya biasanya ketersediaan buku dan jaringan,” ucap dia.

Salah satu taman baca yang sudah berhasil dijalankan di antaranya, Taman Baca Dadali yang berada di RW 07 Desa Suci. Taman baca ini dikelola oleh Karang Taruna RT 01/RW 07 dan sudah berjalan sejak 2016.

“Untuk koleksi bukunya ada sekitar 600-an lebih. Ada yang berasal dari hasil penjualan bank sampah, sebagian dari kas karang taruna, ada juga sumbangan langsung dari warga di sini,” tutur salah seorang pengelola taman baca Dadali, Usama Singgih.

Sesuai dengan arahan yang diberikan oleh pengurus Rumah Pelangi, Taman Baca Dadali juga tidak membutuhkan tempat atau ruangan yang luas. Hanya saja, buku-buku ditata secara rapi di teras tanpa rak.

“Anak-anak bebas membaca, tanpa khawatir kehilangan buku karena tetap didata dengan baik. Mereka bisa membaca buku sepuasnya yang disukai sehingga bisa mengalihkan perhatian atas kesibukan mereka bermain gadget selepas habis sekolah,” ungkap dia.

BERSAMBUNG:

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com