Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Fakta di Balik "Tembok Berlin" Siti dan Seger, Air Bekas hingga Rebutan Tanah

Kompas.com - 26/09/2018, 17:13 WIB
Michael Hangga Wismabrata,
Reni Susanti

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Hidup bertetangga itu tidak mudah. Kemampuan bertoleransi dan kesabaran menjadi unsur penting untuk bisa selaras dalam hidup bermasyarakat.

Sayangnya, kemampuan tersebut tidak terlihat dari kehidupan dua keluarga yang bertetangga, keluarga Siti Khotijah dan keluarga Seger (61), di Desa Sudimoro, Megaluh, Kabupaten Jombang.

Perselisihan antar kedua keluarga itu berujung dengan tembok pemisah setinggi kurang lebih satu meter di depan pintu masuk rumah Siti dan Abdul karim, suaminya.

Akibatnya, Siti dan keluarganya harus melompati tembok jika ingin keluar masuk rumahnya. 

Berikut sejumlah fakta terkait perselisihan antara Abdul dan Segera.

1. Berawal dari air bekas cucian motor

Tembok yang dibangun tetangganya di depan rumah, membuat  Siti Khotijah, warga Desa Sudimoro, Megaluh, Jombang, Jawa Timur, tidak memiliki akses untuk keluar masuk rumahnya.KOMPAS.com/Moh. Syafii Tembok yang dibangun tetangganya di depan rumah, membuat Siti Khotijah, warga Desa Sudimoro, Megaluh, Jombang, Jawa Timur, tidak memiliki akses untuk keluar masuk rumahnya.

Kurang lebih enam bulan lalu, Siti Khodijah, isteri Abdul Karim, mencuci kendaraan miliknya di depan rumah.

Air bekas cucian motor Siti ternyata meluber dan menggenangi halaman rumah tetangganya, Seger. Siti tidak menyangka, Seger tidak terima dengan kondisi halaman rumahnya menjadi becek.

Adu mulut pun terjadi di antara mereka berdua. Namun, bukannya saling mengendalikan diri, keduanya justru saling klaim kepemilikan tanah.

Tak berselang lama, Seger tiba-tiba membangun tembok setinggi 1 meter dengan panjang 6 meter, tepat di depan rumah Siti Khodijah dan Abdul Karim itu.

"Awalnya bertengkar. Saya tidak menyangka kalau dia akan membangun tembok di sini," tutur Siti, Selasa (25/9/2018).

Baca Juga: Eko Akhirnya Miliki Akses Jalan ke Rumahnya (1)

2. Keluarga Siti terpaksa lompat tembok

Siti Khotijah, warga Desa Sudimoro, Megaluh, Jombang, Jawa Timur, saat keluar dari rumah melalui celah antara rumah kerabatnya dengan tembok yang dibangun tetangganya.KOMPAS.com/Moh. Syafii Siti Khotijah, warga Desa Sudimoro, Megaluh, Jombang, Jawa Timur, saat keluar dari rumah melalui celah antara rumah kerabatnya dengan tembok yang dibangun tetangganya.

Setelah tembok berdiri tegak layaknya "tembok Berlin" di zaman perang dingin, Siti dan keluarganya terpaksa melompati tembok atau melewati gang sempit antara tembok dan rumah kakak Siti.

Upaya perdamaian antara Siti dan Seger pernah dilakukan pengurus kelurahan. Namun, tembok antara rumah Siti dan Seger masih tetap kokoh berdiri.

Akhirnya, Siti lebih memilih meminta tolong kakaknya, Sri Utami, untuk memberikan "jalan" darurat bagi keluarganya.

"Sekarang kalau keluar, lewat jalan di dapur rumah kakak saya," kata Siti.

Baca Juga: Jalan Pulang untuk Eko Sudah Ditemukan, Tapi...

3. Seger sakit hati terhadap Siti

Ilustrasi tembok retakShutterstock Ilustrasi tembok retak

Seger, saat ditemui di rumahnya, mengaku terpaksa membangun tembok karena jengkel dengan ulah Siti, tetangga sebelah rumahnya.

Menurut Seger, Siti kerap kali menyebut tanah yang kini dipagari tembok adalah lahan milik orangtuanya yang dikuasai Seger. Padahal, kata Seger, lahan tersebut adalah miliknya.

"Awalnya terus memusuhi saya. Saya jengkel, saya dimaling-malingkan (disebut pencuri tanah), terus dimaling-malingkan. Bukan satu dua bulan, sampai tujuh bulan," katanya.

Soal kemungkinan membongkar tembok yang mengurung rumah Siti, Seger menyatakan peluang itu terbuka.

Baca Juga: Begini Kata Tetangga Eko yang Hibahkan Tanahnya untuk Akses Jalan

4. Syarat Seger untuk Siti

Ilustrasi pertengkaranShutterstock Ilustrasi pertengkaran

Perselisihan Seger dan Siti sudah berlangsung selama kurang lebih enam bulan. Seger saat ditemui di rumahnya sebetulnya bersedia meruntuhkan tembok yang dia bangun di depan rumah Siti, asalkan Siti mau mengubah perilakunya.

"Tapi ada syaratnya. Tidak boleh mengolok-olok saya. Terus, saya minta lagi, yang menyulitkan gerobak saya masuk dibongkar," katanya.

"Itu permintaan saya. Kalau setuju ya buat perjanjian," lanjut Seger sembari menyatakan siap membongkar tembok agar Siti bisa memasuki rumahnya.

Baca Juga: Tetangga Siap Bongkar Tembok yang Tutupi Rumah di Jombang, Ini Syaratnya...

5. Upaya perdamaian telah dilakukan

Ilustrasi rumahKementerian PUPR Ilustrasi rumah

Sekretaris Desa Sudimoro, Kecamatan Megaluh, Kabupaten Jombang, Choliq mengatakan, upaya mediasi antar kedua belah pihak sebenarnya sudah dilakukan.

"Langkah mediasi sudah dilakukan tapi tidak ada hasil. Sebenarnya dari desa itu sudah menyarankan jangan (ditembok)," ungkapnya.

Menurut Choliq, konflik antar-tetangga itu salah satunya terkait dengan klaim kepemilikan lahan. Siti menyebut tanah di depan rumahnya adalah milik keluarganya.

Namun, klaim Siti itu dibantah Seger yang menyatakan tanah di depan rumah Siti adalah miliknya.

Konflik lahan tersebut saat ini sedang dalam proses sengketa di pengadilan.

Baca Juga: Cerita Warga di Jombang Lompati Tembok Tetangga agar Bisa Keluar Rumah

Sumber: KOMPAS.com (Moh.Syafii)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com