PURWAKARTA, KOMPAS.com - Ketua DPD Golkar Jawa Barat Dedi Mulyadi meminta kepolisian membongkar sindikat pemalsuan dokumen keimigrasian.
Permintaan itu terkait dengan kasus kawin kontrak dengan korban 16 perempuan yang sebagian berasal dari Purwakarta, Jawa Barat.
Dedi mengatakan, pelaku diduga membawa korban kawin kontrak ke China dengan memalsukan dokumen keimigrasian. Dia menduga, para korban kawin kontrak dibuatkan data fiktif terkait administrasi kependudukan.
Sebab, berdasarkan pengakuan korban kepadanya bahwa identitas para wanita ini diduga dipalsukan.
"Ada perempuan yang masih berusia 16 tahun sudah punya paspor. Dia kan anak di bawah umur dan tak mungkin sudah mendapat KTP untuk membuat paspor. Terus ada perbedaan nama di KTP asli dengan dokumen keimigrasian," kata Dedi kepada Kompas.com di kediamannya di Purwakarta,Rabu (1/8/2018).
Termasuk dugaan fiktif pengantar perkawinan. Dedi menduga surat tersebut adalah hasil pemalsuan. Menurut Dedi, yang namanya pernikahan, pasti ada surat pengantar.
"Kawin kontrak apapun namanya, itu kan harus mendapat pengantar dari Kementerian Agama. Berarti ada yang membuat pengantar fiktif," kata Dedi.
Baca juga: Korban Kawin Kontrak di China: Tolong Kami Pak, Pulangkan Kami dengan Cepat
Sementara itu, orangtua MRD (16), salah satu korban, Nurhidayat (53), mengungkapkan kejadian pemalsuan tersebut. Dia merasa terkejut karena anaknya sudah berada di China dan mengaku sudah menikah.
Padahal, anak ketiganya itu belum memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) di Purwakarta. Sementara, untuk pengurusan paspor dibutuhkan setidaknya KTP dan KK yang dikeluarkan dinas terkait.
“Saya aneh terus terang saja. Mungkin dipalsukan atau apa gitu ya oleh pihak penjahat itu,” singkatnya.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan