BANJARNEGARA, KOMPAS.com - Embun es turun di kawasan Dataran Tinggi Dieng, Jawa Tengah, Jumat (6/7/2018) dini hari. Warga setempat menyebut fenomena ini dengan istilah ‘bun upas’ atau embun racun.
Kepala Stasiun Geofisika Banjarnegara Setyoajie Parayudhi menuturkan, istilah bun upas atau embun beracun yang disematkan masyarakat Dieng kepada fenomena alam ini bukan tanpa alasan.
Pasalnya, di balik panorama indah yang terjadi pada bulan-bulan tertentu ini, bun upas nyatanya menjadi momok bagi petani kentang di Dieng karena dapat membunuh tanaman kebun seketika itu juga.
Baca juga: Suhu Ekstrem, Embun Es Turun di Dataran Tinggi Dieng
Menurut Setyoajie, walaupun bun upas yang terjadi semalam masuk kategori tipis, namun masih dapat menyebabkan bibit tanaman menguning dan mati.
Dia mengimbau para petani untuk melakukan langkah antisipatif untuk mengatur pola tanam dengan memanfaatkan informasi iklim dari BMKG.
“Tentu harus aktif berkonsultasi dengan PPL Pertanian untuk memilih dan menanam varietas tanaman yang pada saat memasuki musim kemarau sudah tahan terhadap bun upas,” ungkapnya.
Baca juga: Kapolri Sebut Pemilik Bom Pasuruan Pengecut karena Kabur, Tinggalkan Anak yang Terluka
Salah satu petani kentang di Desa Dieng Kulon, Sutopo, mengatakan, pada awal bulan Juli ini, bun upas telah dua kali menyerang tanaman kentang di kebunnya. Kedatangan bun upas yang tiba-tiba ini jarang sekali dapat diprediksi oleh petani.
“Sudah dua hari kemarin, tapi paling parah hari ini, tidak banyak yang bisa dilakukan, antisipasinya paling cuma dikasih jaring biar embun tidak sampai jatuh ke permukaan daun,” katanya.
Ganggu kesehatan
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kebupaten Banjarnegara, Ahmad Setiawan mengungkapkan, suhu ekstrem yang melanda kawasan Dieng pada khususnya membawa sejumlah risiko kesehatan bagi masyarakat lokal dan wisatawan.
Baca juga: Kisah Kapolsek Bangil Dikejar Pelaku hingga Dilempar Tas Berisi Bom yang Kemudian Meledak
Beberapa gangguan kesehatan yang mungkin terjadi akibat suhu ekstrem di wilayah Dieng adalah hipotermia, radang paru-paru, hingga kerusakan jaringan.
Gejala yang dirasakan oleh manusia pada umumnya, lanjut Ahmad, antara lain gangguan pernafasan hingga gangguan irama jantung.
“Kami mengimbau kepada masyarkat dan terutama wisatawan untuk mengantisipasi suhu ekstrem dengan memakai pakaian hangat untuk menutup setiap permuakaan kulit. Ketika gejala itu sudah mulai muncul langsung cari tempat berlindung dan menghangatkan diri,” ujarnya.
Baca juga: Cerita Pemilik 5 Ekor Ikan Arapaima, Biaya Rp 200.000 Per Hari hingga Didatangi Polisi
Sebelumnya diberitakan, embun es yang turun di kawasan Dieng menyebabkan seluruh permukaan tanah, rumput, pohon, hingga bangunan rumah dan candi menjadi putih seperti tertutup salju.
Bun upas disebut sebagai fenomena yang terjadi akibat uap air yang terkondensasi secara alami dan mengalami pembekuan akibat suhu ekstrem di kawasan tersebut akhir-akhri ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.