Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ke Amerika Serikat, Guru SD asal Yogyakarta Belajar Misi Menyelamatkan Bumi dari Astronot

Kompas.com - 03/07/2018, 06:00 WIB
Wijaya Kusuma,
Caroline Damanik

Tim Redaksi

Saat mendaftar, guru kelahiran 9 Juni 1986 melampirkan artikel penelitiannya, yakni sumber daya listrik alternatif dari baterai yang isi karbonnya diganti dengan kulit sayur dan buah. Selain itu, dia juga mengirimkan penelitiannya tentang membuat jembatan dari koran bekas yang kuat menahan beban batu bata.

Baca juga: Cerita Nanda, Pengemudi Ojek Online yang Dicari-cari Ridwan Kamil

Nur harus bersaing dengan 2.776 pendaftar dari 67 negara. Dia sempat berpikiran jika dirinya tidak lolos program Honeywell Educators at Space Academy (HESA). Sebab, sampai dengan batas pengumuman dirinya tidak mendapat konfirmasi lewat email.

"Pengumuman itu harusnya 28 Desember 2017, ternyata molor sekitar 2 hari. Tidak menyangka ternyata lolos. Saya sampai baca dua kali email-nya, kucek-kucek mata, baca lagi untuk memastikan, dan benar lolos," katanya.

Total, ada 118 orang yang lolos dari seluruh dunia. Dari Indonesia, sebanyak 10 orang termasuk Nur.

"Saya di sana selama 5 hari, dari 21 hingga 25 Juni 2018. Pengalaman luar biasa berada di sana dan bertemu dengan orang-orang dari berbagai negara," ucapnya.

Baca juga: Kisah Tukang Sampah Kembalikan Rp 20 Juta yang Ditemukannya di Jalan

Bertemu astronot

Hal yang tidak pernah terbayangkan dan terlupakan bagi Nur adalah bisa bertatap muka dengan para astronot yang pernah menjalankan berbagai misi luar angkasa.

"Hari pertama kami sudah langsung bertemu dengan para astronot beneran," ungkapnya.

Menurut Nur, para astronot ini memberikan buku lengkap dengan tanda tangan mereka. Selain itu, dalam setiap sesi, para astronot berbagai pengalamanya saat menjalankan misi.

"Jadi setiap hari, kami bertemu dengan astronot satu atau dua orang dari tahun ke tahun, misalnya astronaut yang pernah menjalankan misi Apollo tahun ini. Kami tanya jawab langsung, seperti tidak ada jarak," tuturnya.

Saat sesi dengan astronot, banyak para peserta yang melontarkan berbagai pertanyaan. Salah satunya adalah tentang cara menjadi astronot.

Baca juga: Kisah Seorang Napi Teroris yang Gagal Ledakkan Bom karena Wanita Berjilbab

Kebanyakan orang, lanjut Nur, beranggapan menjadi astronot haruslah ahli dalam matematika, fisika, dan kimia juga menang olimpiade international. Ternyata tidak.

"Satu yang mereka garis bawahi untuk menjadi astronot, yakni harus berani mati dan berani berjuang, berkorban untuk kepentingan bersama. Astronot itu kan belum tentu bisa kembali dan bisa gagal dalam peluncuran juga," tutur Nur.

Selain itu, Nur dan peserta lain juga bertemu dengan para profesor serta ahli sains, teknologi, teknik dan matematika. Dia juga berkesempatan melihat langsung pekerjaan mereka.

"Kami semua sampai merinding, ternyata perjuangan mereka untuk bumi itu sedemikian rupa. Mereka itu misinya untuk menyelamatkan bumi ini, untuk kita, dengan penelitian-penelitian," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com