BANDUNG, KOMPAS.com - Ketua DPD Partai Golkar Jawa Barat Dedi Mulyadi, menyebutkan fenomena baru muncul di pemilihan gubernur Jawa Barat tahun ini. Yakni, berakhirnya tren politik citra di kalangan masyarakat yang ampuh selama beberapa dekade dan beralih kepada politik gerilya teritorial langsung ke masyarakat.
Politik gerilya teritorial sendiri adalah pemakaian jaringan darat yang mengakar dan mampu mendapatkan suara lebih banyak.
“Di Pilgub Jabar ini, survei banyak yang meleset. Analisis pakar banyak yang meleset. Artinya, ada perubahan fenomena, politik citra berubah menjadi politik gerilya teritorial. Ini harus diwaspadai Partai Golkar di Pilpres 2019, termasuk partai lain pengusung Pak Jokowi,” jelasnya, Sabtu (30/6/2018).
Selama ini, posisi Jawa Barat selalu menjadi magnet dan percontohan bagi pelaksanaan pemilihan presiden yang akan dilaksanakan setahun lagi. Apalagi daerah ini memiliki jumlah pemilih paling besar dibandingkan dengan provinsi lainnya.
Baca juga: Dedi Mulyadi Tetap Blusukan ke Warga meski Kalah di Pilkada Jabar Versi Quick Count
Jumlah pemilih sebesar ini tentu saja menjadi incaran para calon presiden di Tahun 2019. Semua calon presiden dipastikan ingin menjadikan Jawa Barat sebagai basis pemilihnya demi insentif elektoral.
Sesuai dengan pengalamannya selama mengikuti Pilgub Jabar kemarin. Pada survei sebelum hari pencoblosan, pasangan Rindu diprediksi akan bersaing ketat dengan pasangan Duo DM. Akan tetapi, prediksi tersebut jauh dari kenyatannya. Pasangan Sudrajat-Syaikhu menyalip perolehan suara Duo DM.
“Anda bayangkan, mohon maaf, elektabilitas di awal rendah, lalu naik ke 10 persen. Kemudian, loncat ke 15 persen sampai akhirnya 28 persen saat pemilihan. Ini bukti tren citra yang kemudian beralih ke gerilya teritorial,” kata Dedi.
Terhadap fenomena tersebut Dedi menyebutkan bahwa terdapat gelombang peralihan pilihan politik seminggu jelang pemilihan berlangsung Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat.
“Artinya, ada pergerakan besar dengan strategi yang ampuh, menyasar teritorial dengan cara bergerilya. Sehingga, akibatnya mengubah konstelasi Pilgub Jabar,” sebutnya.
Gelombang peralihan dukungan itulah yang mengakibatkan ceruk suara Duo DM tergerus sampai hari pencoblosan. Karakteristik pemilih Deddy Mizwar dan Dedi Mulyadi memang berbeda.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.