Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Pramoedya Ananta Toer Sempat Lupa pada Adik Sendiri setelah 13 Tahun Dipenjara (4)

Kompas.com - 06/06/2018, 08:24 WIB
Puthut Dwi Putranto Nugroho,
Caroline Damanik

Tim Redaksi

Gara-gara dituding PKI

Sepulang dari Rusia, Soes mengaku kangen dengan Pram. Sudah belasan tahun mereka tak bertemu. Saat itu, Pram dijebloskan dalam penjara karena dituding antek komunis.

Ternyata, Soes yang baru saja menginjakkan kaki di bandara di Jakarta juga langsung diseret ke jeruji besi. Tuduhannya sama. Soes dituding sebagai antek komunis hanya karena belajar ekonomi dan politik dari Rusia.‎ Plus, dia juga adik Pramoedya. Enam tahun lamanya dia dipenjara.

"13 tahun kami tak bertemu. S‎aya keluar penjara dan Mas Pram belum. Begitu Mas Pram keluar penjara, banyak warga yang ingin mengucapkan selamat. Banyak sekali yang mengantre saat itu, termasuk saya," kata Soes.‎

"Namun, saat nyaris giliran saya bersalaman dengan Pram, saya langsung berlari tinggalkan antrean. Saya kan cengeng. Waktu itu saya melihat Pram seperti tak mengenaliku. Pram yang akhirnya ‎diberitahu jika aku adalah adiknya langsung berlari mengejarku. Ia memelukku dan menangis. Dalam pelukan saya berbisik, 'Kamu bilang aku adalah adik kesayanganmu, tapi kenapa kau tak mengenaliku'. Pram semakin erat memelukku," lanjut dia.

Baca juga: Kisah Perjalanan Politik Bupati Purbalingga, dari Sopir Truk hingga Ditangkap KPK

‎Meski paling nakal di antara saudara yang lain, Soes mengaku, dia dinilai sebagai adik Pram yang paling dibanggakan. Sebab, Soes mengantongi gelar paling tinggi dibanding saudaranya yang lain.

Kebanggaan Pram itu dituangkan dalam buku berjudul Nyanyian Sunyi Seorang Bisu. Buku itu ditulis Pram di Pulau Buru.‎

Soes mengakui bahwa Pram begitu sangat berarti baginya. Pram menempa kepribadiannya yang cengeng menjadi berkarakter kuat untuk melawan kerasnya kehidupan.‎

Saking sayangnya Pram kepada Soes, bahkan secara diam-diam‎ Pram titip kepada salah seorang temannya supaya membantu Soes di Rusia apabila tertimpa kesusahan.

"Pram berpesan kepada temannya, Benedict Anderson, salah satu tokoh yang mengemukakan konsep nasionalisme untuk membantu saya. Saat di Rusia, meski saya makmur,‎ terkadang Benedict Anderson menyelipkan uang ketika mengirim data dari Indonesia ke Rusia. Benedict Anderson itulah yang membantu menyelesaikan disertasi. Dia yang mengirim data-data dari Indonesia. Saya menghargai jasanya dan memberi nama anak saya Benee. Saya kemudian sisipkan nama Jawa, Santoso. Jadilah Benee Santoso nama anak saya," ‎pungkasnya.

Pram juga sangat menyayangi keluarga besarnya. Pram sempat pernah berkeinginan memperbaiki rumah keluarganya di Blora dan mempercantik pusara orangtuanya.

"Sayang keinginan itu tidak kesampaian karena perbedaan pendapat di keluarga. Pram mudah marah," pungkas Soes.‎

 

BERSAMBUNG: Kisah Rumah Masa Kecil Pramoedya Ananta Toer yang Rusak dan Bocor di Mana-mana (5)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com