Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berjualan Ayam Sejak SMP, Kini Mimpi Suciati Membangun Masjid Terpenuhi...

Kompas.com - 29/05/2018, 13:10 WIB
Wijaya Kusuma,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Ibu Hj Suciati Saliman Riyanto Raharjo kini sudah bisa bernafas lega. Usaha pemotongan ayam yang dirintisnya sejak tahun 1966 berkembang pesat dan kini sudah berskala nasional.

Tak hanya itu, impiannya sejak kecil yakni mendirikan masjid pun dapat terwujud.

Apa yang diraih ibu berusia 66 tahun ini tidaklah semudah membalikan telapak tangan. Ibu Hj Suciati Saliman Riyanto Raharjo bertutur, dia memulai usahanya dari nol.

Menurut dia, jiwa berdagang didapatnya dari sang Ibu yang berjualan di Pasar Terban, Yogyakarta.

Setiap pagi Suciati mengantarkan ibunya naik sepeda "onthel" dari rumahnya di Jalan Kaliurang Km 5 ke pasar Terban. Setelah mengantarkan ibunya, Suciati lantas berangkat ke sekolah di SMP Negeri 1 Yogyakarta.

"Setiap pagi jam 6 itu berangkat naik sepeda onthel memboncengkan ibu ke pasar. Bantu menata dagangan, lalu saya ganti baju di toilet pasar, terus berangkat sekolah," ujar Suciati, Senin (28/05/2018)

Sepulang sekolah, Suciati kembali ke pasar untuk membantu berjualan. Sekitar pukul 16.00 WIB dirinya baru pulang kerumah setelah ibunya selesai berjualan.

Suatu saat, ibunya menyampaikan kepadanya kalau di Pasar Terban tidak ada yang berjualan ayam karkas. Ibunya lalu menawari untuk berjualan ayam karkas.

"Ditawari untuk mencoba jualan, waktu itu saya dimodali ibu itu Rp 175 rupiah. Nah saya lihat ada orang bawa ayam, lalu waktu itu beli lima ekor, satu ekornya Rp 35 rupiah," ucapnya.

 

Ibu Hj. Suciati Saliman Riyanto Raharjo saat berada di Masjid yang dibangunnya hasil dari tabungan jualan ayamKOMPAS.com / Wijaya Kusuma Ibu Hj. Suciati Saliman Riyanto Raharjo saat berada di Masjid yang dibangunnya hasil dari tabungan jualan ayam
Berawal dari lima ekor ayam itulah, Suciati mulai berjualan ayam karkas di pasar Terban Kota Yogyakarta. Meski berjualan, namun dirinya tidak pernah melupakan kewajibannya sekolah.

"Ayam itu saya tali di boncengan sepeda belakang. Berangkat, terus jualan di pasar. Habis tidak habis jam 7 berangkat sekolah. Ya sering terlambat masuk sekolah karena jualan," urainya.

Sepulang sekolah, Suciati kembali melanjutkan berjualan ayam. Jika sampai sore belum habis, dia akan berkeliling dengan sepeda menjajakan dagangannya. Sebab saat itu dia tidak memiliki lemari pendingin sebagai tempat untuk menyimpan ayam.

"Saya naik sepeda keliling Bulaksumur UGM titip ke dosen-dosen. Terus keliling ke perumahan-perumahan di dekat situ. Ya soalnya jaman itu freezer kan barang mewah, saya tidak punya," ungkapnya.

Meski harus sekolah sambil berjualan di pasar dan bahkan berkeliling dengan sepeda, Suciati tidak pernah mengeluh. Ia menjalani aktivitasnya dengan penuh semangat.

"Hasil dari jualan itu meski sedikit selalu saya tabung, untuk menambah beli ayam lagi. Sampai lulus SMP itu habis 15 ekor ayam kampung, lulus STM saya habis 70 ekor ayam kampung," urainya

Pada tahun 1975 Suciati menikah dengan Saliman Riyanto Raharjo. Suaminya yang awalnya bekerja di Dinas Sosial memutuskan keluar dan fokus membantu berjualan.

"Suami saya yang mengajari bikin kartu nama, terus iklan di koran, isinya menyediakan daging ayam partai kecil, partai besar, diskon 5 persen diantar ke rumah," ungkapnya.

Kemudian, jualan Suciati pun bertambah. Tidak hanya daging ayam, Suciati juga berjualan ikan laut dan telur. Dengan bertambahnya usaha, dia harus sering lembur untuk berjualan.

 

"Saya sampai jarang tidur, jualan ikan laut dan telur. Kalau malam, memecah es untuk mendinginkan ikan, daging ayam yang belum laku, karena tidak punya freezer," katanya.

Namun setelah beberapa waktu, Suciati memutuskan untuk fokus pada ayam karena melihat potensinya.

Hingga seiring berjalanya waktu, Suciati yang awalnya memulai usaha dari lima ekor ayam ini mulai membuka pemotongan ayam manual. Saat itu dirinya mulai membuka pemotongan ayam di rumahnya.

Suasana bagian dalam Masjid Suciati Saliman KOMPAS.com / Wijaya Kusuma Suasana bagian dalam Masjid Suciati Saliman

"Dari manual, saya membuka usaha Rumah Pemotongan ayam (RPA) modern di Pandowoharjo, Sleman. Namanya RPA Saliman," ungkapnya.

Setelah sukses di Sleman, pada tahun 2009, Suciati mendirikan RPA Suci Raharjo di Jombang, Jawa Timur.

"Kalau sekarang dari dua RPA itu produksi perhari bisa sekitar 100 ton ayam," lanjutnya.

 

Pada tahun 2014, Suciati mendirikan PT Sera Food Indonesia yang memproduksi makanan beku seperti naget, sosis, dan patties.

Suciati juga bekerja sama dengan perusahaan restoran waralaba ayam goreng skala internasional.

"Ya sekarang produk ayam maupun makanan beku sudah didistribusikan ke seluruh Indonesia," lanjutnya.

Urip iku urup

Perjalanan usaha Suciati tidak selalu mulus. Ibu dua orang anak ini pernah tertipu hingga ratusan juta rupiah. Namun Suciati memutuskan untuk mengiklaskan dan tidak melaporkan ke polisi.

"Saya iklaskan, karena sudah ikhlas ya tidak lapor ke polisi. Mungkin orang itu lebih membutuhkan, ya zakad untuk orang itu," ujarnya.

Menurut dia, kunci kesuksesan dalam usaha lanjutnya adalah kerja keras. Selain itu harus disertai doa dan yakin bahwa rejeki sudah diatur diatur oleh Yang Maha Kuasa.

"Berdoa, berusaha dan yakin. Rejeki sudah diatur dan tidak pernah tertukar," pungkasnya

Dalam menjalani hidupnya, Suciati memiliki prinsip hidup yang berasal dari falsafah Jawa yakni "Urip iku urup" yang artinya kurang lebih Hidup itu hendaknya memberi manfaat bagi orang lain.

"Urip iku Urup, saya bercita-cita hidup saya ini bisa sebanyak-banyaknya memberi manfaat pada orang lain," ujarnya.

Lewat usahanya ini lah, Suciati bisa mengaplikasikan prinsip hidupnya. Dimana dengan bisnisnya ada banyak orang yang bisa bekerja dan mendapatkan penghasilan.

"Seluruhnya 1.300 orang. Lewat Saliman Grup ini bisa membuka lapangan pekerjaan untuk masyarakat," urainya.

Menabung emas untuk bikin masjid

Tidak hanya itu, sejak kecil Suciati mulai berjualan mempunyai cita-cita bisa membangun masjid. Guna mewujudkan cita-citanya itu, ia menyisihkan uang hasil jualanya.

"Mulai dari awal mendapat untung jualan itu, kepikiran suatu saat ingin membuat masjid. Tekad saya membuat masjid semakin kuat itu, sejak berangkat umrah tahun 1995," tegasnya.

 

Uang yang terkumpul lantas oleh Suciati dibelikan emas, mulai satu gram, dua gram dan seterusnya. Sebab dalam pikirannya lama-kelamaan nilai emas akan terus naik dibandingkan dengan hanya menyimpan uang.

Pada 2 Agustus 2015 cita-cita membuat masjid mulai direalisasikan oleh Suciati. Ibu kelahiran Yogyakarta 22 Mei 1952 ini membangun masjid di Jalan Gito Gati, Pandowoharjo, Sleman Yogyakarta. Lokasinya berada didepan RPA miliknya.

Masjid Suciati Saliman dilengkapi lift untuk difabel, lansia dan jamaah yang sedang sakitKOMPAS.com / Wijaya Kusuma Masjid Suciati Saliman dilengkapi lift untuk difabel, lansia dan jamaah yang sedang sakit

"Saya melihat kalau Salat Jumat itu ada banyak yang berada di luar karena tidak muat, terus ya karena dekat jalan bisa digunakan ibadah untuk pengguna jalan. Ya intinya bisa bermanfaat bagi karyawan, masyarakat luas, terutama untuk menjalankan ibadah," urainya.

Masjid yang saat ini masih dalam proses penyelesaian ini diberinama Masjid Suciati Saliman. Masjid ini dibangun diatas lahan seluas 1.600 meter persegi.

"Desain masjid ini menyerupai Masjid Nabawi di Madinah, dulu saya melihat, langsung jatuh cinta dan ingin membuat yang seperti itu disini. Ya tentu ada kombinasi dengan desain khas Jawa, karena saya orang Jawa," lanjutnya.

 

Masjid Suciati Saliman terlihat sangat mewah dan megah. Masjid ini memiliki pintu berjumlah 9 yang menggambarkan Wali Songo yang telah menyebarkan agama Islam di tanah Jawa. Terdapat 5 menara yang menjulang ke atas. Jumlah menara ini melambangkan sholat lima waktu.

"Kita pasang juga bedug dari pengrajin di Cirebon, ukuranya 170 cm dengan diameter 130 cm. Bedug ini terbuat dari Kayu Trembesi berusia 127 tahun dari Majalengka, kulitnya dari kulit kerbau jantan," tuturnya.

Kemegahan bangunan masjid juga terlihat dari bagian dalam. Dimana lantainya dari marmer termasuk dinding.

Masjid Suciati Saliman ini terdiri dari tiga lantai, dibagian bawah masjid terdapat basement. Lantai Satu digunakan sebagai gedung serba guna. Lantai dua dan tiga digunakan untuk sholat berjamaah.

"Saat ini sudah 80 persen. Ya prosesnya memang lama, Agustus depan Insya Allah selesai semuanya," bebernya.

Pada saat adzan pertama waktu salat Maghrib pada Tanggal 6 Mei 2018, Suciati hanya mampu melihat dari luar sembari melihat masjid yang ia cita-citakan. Saat mendengar adzan itu, ia pun tak kuasa menahan air mata.

"Saya di luar waktu itu, mendengar adzan pertama saya menangis. Gimana ya, haru, senang, cita-cita sejak SMP dengan lika-likunya akhirnya terwujud," ungkapnya.

Putri Sulung Suciati, Atik Raharjo menambahkan, semua bahan-bahan untuk pembangunan masjid merupakan bahan lokal. Ornamen yang ada juga produksi para perajin dalam negeri.

"Banyak yang bantu juga, jadi ada yang memberi harga murah, Ya harus hunting juga," ujar Atik. 

Daya tampung masjid Suciati Saliman kurang lebih 1.500 orang. Masjid ini juga ramah untuk lansia dan difabel.

Masjid ini dilengkapi dengan lift untuk lansia, difabel atau jamaah yang sedang sakit. Masjid ini juga juga dilengkapi pendingin ruangan, karena beroperasi 24 jam nonstop. 

"Harapannya dengan berdirinya masjid ini bisa sebagai pusat kegiatan keislaman masyarakat di Sleman dan Yogyakarta pada umumnya," pungkas Atik.

Kompas TV Bangunan megah ini tampak seperti sebuah kapal besar yang berdiri kokoh ditengah-tengah persawahan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com