Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BI: Pertumbuhan Ekonomi DIY hingga 5,6 Persen di 2018

Kompas.com - 08/05/2018, 11:09 WIB
Aprillia Ika

Penulis

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Pertumbuhan ekonomi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada 2018 diperkirakan berkisar antara 5,2 persen hingga 5,6 persen year on year (YoY) dibanding pada 2017 yang tumbuh 5,26 persen. Pertumbuhan ekonomi DIY ditopang oleh pertumbuhan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).

Hal itu dipaparkan oleh Kepala Perwakilan Bank Indonesia DIY Budi Hanoto saat membuka Seminar Nasional BI-ISEI bertema Pengembangan dan Pembiayaan Industri Padat Karya Berorientasi Ekspor di Yogyakarta, Senin (7/5/2018).

BI juga memperkirakan inflasi DIY terjaga sesuai target 3,5 + 1 persen YoY. Pada Maret 2018 inflasi DIY 3,29 persen dan pada April 2018 inflasi DIY 3,11 persen.

"Stabilitas inflasi mendorong iklim usaha untuk semakin berkembang," kata Budi.

Baca juga : Suku Bunga Acuan AS Diprediksi Mencapai 3 Persen, Ini Antisipasi BI

Data BI menunjukkan kinerja perekonomian DIY berada dalam tren positif lebih tinggi di atas perekonomian nasional yakni 5,26 persen yoy. Sementara perekonomian Indonesia cenderung stabil di angka 5,07 persen yoy seiring tumbuhnya konsumsi masyarakat yang belum sepenuhnya pulih.

DiDIY, 72 persen konsumsi merupakan konsumsi swasta yang terjaga di tengah perlambatan konsumsi nasional. hal itu tercermin dari tren peningkatan pertumbuhan konsumsi rumah tangga hingga mencapai 6,05 persen yoy pada kuartal IV 2017.

"Untuk ekspor, komoditas utama yakni dari tekstil dan produk turunan yang mencapai 48 persen dari total ekspor di 2017. Disusul furnitur 18 persen dan kulit 5 persen," ujar Budi.

Data ekspor DIY sendiri, seperti dikutip dari BPS, tumbuh 9,26 persen yoy di 2017. Sementara pertumbuhan impornya 9,19 persen. Negara tujuan ekspor yakni Amerika Serikat (AS) sebesar 37 persen, Eropa 32 persen, China 2 persen, ASEAN 4 persen, Jepang dan Korea Selatan 11 persen.

"Dari produktivitas usaha, UMKM masih jadi pendorong perekonomian di DIY, sumbangannya mencapai 89,4 persen. UMKM ini di DIY mampu menyerap 79 persen tenaga kerja, sangat besar sekali sumbangsihnya," lanjut Budi.

Baca juga : BI: Jangan Meributkan Utangnya, tapi Ekspornya...

Sehingga, sumbangsih industri besar padat karya di DIY hanya 11 persen saja. Dari industri besar padat karya tersebut, 30 persennya merupakan industri tekstil dan produk turunan dan 15 persennya industri makanan dan minuman (mamin).

Perkembangan ekonomi DIY juga didukung oleh stabilitas sistem keuangan (SSK). Per Maret 2018 pertumbuhan kredit di DIY 10,15 persen, pertumbuhan DPK di DIY 7,75 persen, rasio NPl bank 3,18 persen sementara loan to deposit ratio (LDR) bank 62,9 persen.

Pangsa kredit perdagangan mencapai 28,41 persen, industri pengolahan 7,54 persen, kemudian hotel dan restoran 6,70 persen.

DIY menurut Budi masih memiliki sejumlah tantangan perekonomian ke depan. Antara lain struktur pertumbuhan ekonomi yang masih bertumpu pada konsumsi, kemiskinan dan ketimpangan yang cenderung tinggi, produktivitas tenaga kerja yang masih rendah.

"Juga keterbatasan akses baik terhadap pembiayaan maupun pasar ekspor, serta keterbatasan sumber daya alam," pungkas Budi.

Kompas TV Setelah menghabiskan waktu berlibur di Bali, Barack Obama dan keluarga tiba di Yogyakarta.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com