Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 25/04/2018, 20:28 WIB
Rahmat Rahman Patty,
Reni Susanti

Tim Redaksi

AMBON, KOMPAS.com - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) membidik tersangka lainnya yang diduga ikut terlibat dalam kasus korupsi E-KTP yang merugikan keuangan negara hingga Rp 2,3 triliun.

Juru bicara KPK, Febri Diansyah mengatakan, pihaknya akan mempelajari kembali pihak mana saja yang diduga terlibat dalam kasus tersebut.

Itu dilakukan setelah KPK mendapatkan salinan lengkap dari majelis hakim atas putusan terdakwa Setya Novanto.

“Siapapun pihak yang diduga diperkaya dalam kasus KTP elektronik, kami tegaskan KPK tidak akan berhenti menangani kasus ini setelah putusan setya Novanto kemarin,” tegas Febri seusai diskusi media di Ambon, Rabu (25/4/2018) petang.

(Baca juga : Akankah KPK Telusuri Pencucian Uang Setya Novanto? )

Febri memastikan, masih ada pelaku lainnya yang terlibat dalam kasus mega korupsi tersebut.

Sebab dari vonis yang dijatuhkan terhadap Setya Novanto, hakim hanya mewajibkan mantan ketua umum Partai Golkar itu untuk membayar uang pengganti 7,3 juta dolar.

“Pasti ada pelaku lain karena kita bicara soal dugaan kerugian negara Rp 2,3 triliun, sementara kita tahu uang pengganti yang dijatuhkan hakim kemarin kan 7,3 juta dolar. Ya artinya masih ada pihak lain yang menikmati ini,” tuturnya.

Meski demikian, KPK akan melanjutkan kasus tersebut dengan lebih hati-hati dan tidak akan melenceng dari aspek hukum pada kasus itu.

(Baca juga : Setelah Setya Novanto, Siapa Aktor Besar yang Dapat Giliran Berikutnya? )

“Nah itu perlu kita proses lebih lanjut, tentu secara hati-hati kita akan menangani kasus hukum ini. Sejak awal kami memastikan KPK akan berada di koridor hukum saja, tidak menyentuh aspek politiknya,” pungkasnya.

Kompas TV Hakim pengadilan tindak pidana korupsi Jakarta memvonis Setya Novanto 15 tahun penjara dan denda Rp 500 juta.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.



Terkini Lainnya

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Kisah Pengojek Indonesia dan Malaysia di Tapal Batas, Berbagi Rezeki di 'Rumah' yang Sama...

Kisah Pengojek Indonesia dan Malaysia di Tapal Batas, Berbagi Rezeki di "Rumah" yang Sama...

Regional
Menara Pengintai Khas Dayak Bidayuh Jadi Daya Tarik PLBN Jagoi Babang

Menara Pengintai Khas Dayak Bidayuh Jadi Daya Tarik PLBN Jagoi Babang

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com