Sementara itu, salah seorang pedagang aksesoris Iwan Setiawan menyebut, 99 persen pedagang sebenarnya tidak setuju dipindahkan, mengingat sudah lama berdagang di Lapangan Karangpawitan.
Sementara ditanya soal lapak PKL yang sempat mengganggu latihan atlet sepatu roda, ia menjawab singkat.
"Kami mengikuti pengaturan dari pengelola (Karang Taruna)," akunya.
Ia menyebut, sejauh ini warga sekitar Lapangan Karangpawitan tak terganggu dengan aktivitas di lapangan tersebut pada Sabtu dan Minggu malam.
"Justru mereka juga mencari uang dari sini," katanya.
Latihan terganggu
Sementara itu, Pelatih Karang Pawitan Inline Cruiser (KPIC) Ervin Pahrevi mengaku, sempat terganggu dengan keberadaan PKL yang menutupi lintasan sepatu roda.
"Pas Minggu kemarin memang sedang padat-padatnya (PKL). Tidak bisa gerak sama sekali. Sampai-sampai atlet saya ada yang bilang 'gak usah latihan lah'," ujar Revi menirukan ungkapan atlet sepatu rodanya.
Meski demikian, ia tetap meminta para atletnya latihan. Ia mengaku, telah mengadukan kondisi tersebut kepada Wakil Bupati Karawang Ahmad Zamakhsyari.
Ervin mengungkapkan, setiap Senin, Kamis, Sabtu dan Minggu, sekitar 17 anak didiknya melakukan latihan di Lapangan Karangpawitan.
"Sabtu kami latihan mulai jam 5 hingga jam 9 malam dan Minggu jam 2 hingga 5 sore. Sementara kalau Senin dan Kamis latihan kami aman karena kondisi lapangan lengang," tambahnya.
Ia menyebut, beberapa atlet sepatu roda asal Karawang pernah mengikuti kejuaraan nasional, hingga mengikuti ajang Asean Games.
Sebenarnya, di Lapangan Karangpawitan 2, khusus untuk olahraga sepatu roda sudah dibuatkan lintasan yang juga standar nasional, yakni 200 meter.
Namun, lapangan tersebut tidak dilengkapi dengan fasilitas penunjang.
"Tidak ada tempat berteduh, jadi kalau hujan kita tidak bisa berteduh sama sekali. Juga tidak ada toilet," katanya.