Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Presiden Jokowi: Setiap Negara Akan Bineka, Tidak Ada Lagi yang Homogen

Kompas.com - 29/03/2018, 17:09 WIB
Andi Hartik,
Erwin Hutapea

Tim Redaksi

MALANG, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo menghadiri Stadium General dan Peresmian Gedung Bundar Al Assyari dan Gedung Pusat Umar bin Khattab Universitas Islam Malang (Unisma), Kamis (29/3/2018).

Dalam acara itu, Jokowi mengatakan, semua negara akan menjadi bineka seiring dengan laju mobilitas penduduk yang semakin tinggi. Pada suatu saat, tidak akan ada lagi negara yang berpenduduk homogen.

"Sejalan dengan arus globalisasi dan perkembangan teknologi. Mobilitas manusia, mobilitas orang dari satu negara ke negara lain sekarang ini sangat tinggi sekali. Arus migrasi terjadi di mana-mana," kata Jokowi dalam pidatonya.

"Tidak akan ada lagi negara yang tidak bineka. Semua negara akan menjadi negara yang majemuk. Tidak homogen dan akan menjadi bangsa yang bineka. Karena arus manusia yang lalu lalang seperti yang tadi saya sampaikan," imbuhnya.

Menurut Jokowi, negara yang bineka akan memiliki banyak kekayaan, seperti kaya dalam seni dan kaya dalam budaya. Sebab, antara kelompok satu dengan lainnya akan menciptakan seni dan budaya yang berbeda, dan mereka akan saling mengisi.

"Dalam setiap kebinekaan selalu melekat kekayaan. Kebinekaan selalu disertai kekayaan seni dan budaya. Antar-kelompok bisa saling mengisi. Saling menginspirasi. Kebinekaan juga akan menghasilkan masyarakat yang semakin matang dan semakin dewasa karena saling belajar antara satu dan lainnya," paparnya.

Baca juga: Ada Pesan Indahnya Keberagaman di Mural Tiang JLNT Antasari

Namun, menjadi negara yang bineka juga tidak lepas dari berbagai tantangan, seperti tantangan dalam menjaga persatuan. Tantangan itu harus dihadapi supaya negara terbebas dari konflik keberagaman.

"Kebinekaan juga disertai dengan tantangan-tantangan. Tantangan untuk menjaga komunikasi, tantangan untuk menjaga toleransi antar-kelompok. Tantangan bagaimana menjaga kesatuan dan persatuan. Tantangan bagaimana menjaga kerukunan. Tantangan bagaimana menjaga persaudaraan dan ukhuwah kita, dan tantangan bagaimana bineka itu tetap ika," terangnya.

Namun, menurut Jokowi, banyak negara yang tidak siap dengan datangnya kebinekaan. Mereka merasa kesulitan untuk memelihara persatuan dalam kebinekaan sehingga banyak negara yang dilanda konflik karena tidak mampu mengelola perbedaan.

"Kenyataannya banyak negara dalam kesulitan, bahkan tidak mampu untuk membangun dan menjaga Bhinneka Tunggal Ika. Kenyataannya, beberapa kawasan dilanda konflik. Beberapa kawasan kesulitan menjaga kesatuan dan persatuannya. Beberapa negara Islam, negara Muslim menghadapi kesulitan yang sama," jelasnya.

Tidak sekadar itu, sejumlah negara memandang kebinekaan adalah ancaman bagi keutuhan bangsanya. Hingga pada gilirannya, memelihara perbedaan adalah tantangan baru yang harus mereka hadapi.

Karenanya, saat ini banyak negara yang belajar membentuk dan memelihara persatuan dalam kebinekaan.

Baca juga: Festival Cap Go Meh, Pesan Toleransi dan Persatuan dalam Keberagaman

"Sekarang, banyak negara, banyak bangsa yang belajar bagaimana mengelola keragaman karena adanya keterbukaan media sosial, keterbukaan informasi. Dan sekaligus belajar bagaimana membentuk persatuan dalam kebinekaan. Kebinekaan menjadi tantangan baru bagi negara-negara yang selama ini relatif homogen. Dulu tidak menghadapi persoalan ini, tetapi sekarang menghadapi karena mereka sudah tidak homogen lagi," tuturnya.

Jokowi pun bersyukur bahwa Indonesia yang kaya akan suku dan agama bisa mempertahankan dan memelihara persatuan. Dia mengatakan, Indonesia memiliki 714 suku dan mampu terpelihara dalam persatuan.

Sementara beberapa negara lain tidak mampu memelihara perbedaan meski jumlah suku yang ada di dalamnya tidak sebanyak yang ada di Indonesia.

"Melihat situasi ini, kita wajib bersyukur atas anugerah Allah yang diberikan kepada kita bangsa Indonesia. Bahwa berkat perjuangan para pahlawan, para syuhada para ulama Indonesia bisa menjadi bangsa yang kokoh. Sejak awal berdiri, kita adalah bangsa yang sangat bineka. Sangat beragam, sangat majemuk," ungkapnya.

Menurut dia, Indonesia yang kaya akan perbedaan dan mampu menjaganya dalam persatuan menjadi inspirasi bagi negara-negara lain di dunia dalam menjaga persatuan.

Kompas TV Ditargetkan, nantinya pada 17 Agustus 2017, jumlah bendera yang terpasang telah mencapai angka 1.001.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com